BUKU PANDUAN
SYARAT KECAKAPAN KHUSUS
SAKA WIRA KARTIKA
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT
STAF UMUM TERITORIAL
KATA PENGANTAR
Sebagai
tindak lanjut hasil kerjasama TNI Angkatan Darat dengan Kwarnas Gerakan Pramuka
yang di tandai dengan pencanangan melalui
“ Apel Pramuka “ pada tanggal 28 Oktober 2007 di Makodam Jaya,
bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda 2007. Kesadaran Bela Negara harus
dibangun, dibina dan ditumbuhkan dalam diri setiap warga negara sejak usia dini
melalui pendidikan praktis sepanjang hayat, diantaranya Gerakan Pramuka. Dalam rangka me-nyalurkan bakat dan minat kaum
muda dalam Kepramukaan, perlu dibentuk Krida-krida sebagai wadah bagi anggota
Pramuka sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan anggota Saka Wira Kartika,
dibutuhkan syarat-syarat Tanda Kecakapan Khusus yang harus dilalui oleh anggota
Saka Wira Kartika.
Dengan
mengucap syukur Alhamdulillah, pada bulan April tahun 2008 TNI AD telah
menerbitkan Buku Panduan Syarat Kecakapan Khusus Saka Wira Kartika, dalam
melengkapi Buku Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Bela Negara dalam
Kepramukaan Kerjasama TNI AD – Kwarnas Gerakan Pramuka. Buku ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan para Pramuka di bidang
Navigasi Darat, Pioneering, Mountaineering, Survival dan Penanggulangan Bencanaserta meningkatkan
motifasi untuk nyata dan Produktif
Diharapkan
dengan terbitnya Buku Panduan Syarat Kecakapan Khusus Saka Wira Kartika ini
akan dapat mempermudah para instrktur dan Pamong saka dalam rangka memberikan
kepelatihan kepada peserta didik. Harapan kami dalam hal pelaksanaannya, para
instruktur dan Pamong Saka dapat lebih mengarahkan peserta didik untuk memiliki
kemampuan praktis dan sebagai bekal dalam meningkatkan
kemampuan diri. Begitu juga materi kepelatihan perlu dikembangkan dan
disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan peserta didikserta kepentingan
organisasi Kepramukaan, khususnya Saka Wira Kartika. Dengan telah terbitnya
Buku Panduan Syarat Kecakapan Khusus tersebut, mudah-mudahan dapat memenuhi
tuntunan dan perkembangan Saka Wira Kartika pada Khususnya dan bagi organisasi
Gerakan Pramuka pada umumnya. Setiap saran dan kritik membangun untuk
penyempurnaan buku ini akan kami terima dengan senang hati.
Demikian
kata pengantar dari kami dan sekaligus mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu diterbitkannya buku ini. Semoga bermanfaat
Jakarta,
April 2008
Asisten
Teritorial Kasat
Selaku
Pimpinan
Saka Wira Kartika
Hotmangaradja
Pandjaitan
Mayor
Jenderal TNI
MARKAS
BESAR ANGKATAN DARAT
STAF UMUM TERITORIAL
DAFTAR
ISI
BAB
I
PENDAHULUAN
1. Umum
..............................................................................................................................
2. Maksud
dan Tujuan
.........................................................................................................
3. Ruang
Lingkup dan Tata Urut
..........................................................................................
4. Dasar
...............................................................................................................................
BAB
II
KRIDA
NAVIGASI DARAT
5. SKK
Pengetahuan Peta dan Medan
..................................................................................
6. SKK
Kompas Siang dan Kompas Malam
..........................................................................
7. SKK
Pengetahuan Resection dan Intersection
...................................................................
8. SKK
Pengetahuan Global Position System ( GPS )
..........................................................
BAB
III
KRIDA
PIONEERING
9. SKK
Tali Temali ...............................................................................................................
10. SKK
Pembuatan Jembatan Improvisasi
............................................................................
11. SKK
Pembuatan Perkemahan ............................................................................................
12. SKK
Bekal Air dan Listrik
.................................................................................................
BAB
IV
KRIDA
MOUNTAINEERING
13. SKK
Panjat Tebing ...........................................................................................................
14. SKK
Turun Tebing
............................................................................................................
15. SKK
Travesing ..................................................................................................................
BAB
V
KRIDA
SURVIVAL
16. SKK
Jenis-jenis Tumbuhan
................................................................................................
17. SKK
Jenis-jenis Binatang
...................................................................................................
18. SKK
Hutan Gunung dan Ralasuntai
...................................................................................
19. SKK
Pemeliharaan dan Bongkar Pasang Senjata
...............................................................
20. SKK
Sikap Menembak dan Latihan Bidik Kering
..............................................................
21. SKK
Menembak ...................................................................................................................
BAB
VI
KRIDA
PENANGGULANGAN BENCANA
22. SKK
Manajemen Penanggulangan Bencana
.........................................................................
23. SKK
Pejalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ) ....................................................
24. SKK
Pengetahuan Komunikasi Radio
....................................................................................
25. SKK
Tata Cara Memasak
.......................................................................................................
BAB
VII
PENUTUP
26. Penutup
...................................................................................................................................
MARKAS
BESAR ANGKATAN DARAT
STAF UMUM TERITORIAL
BUKU
PANDUAN
SYARAT
KECAKAPAN KHUSUS
SAKA
WIRA KARTIKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Bela
Negara sebagai kewajiban dasar manusia juga merupakan kehormatan bagi setiap
warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggungjawab dan rela
berkorban bagi bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesadaran Bela
Negara harus dibangun, dibina dan ditumbuh kembangkan dalam diri setiap warga
negara sejak usia dini melalui pendidikan seumur hidup dalam bentuk proses
pembelajaran interaktif, partisipatif dan progresif sepanjang hayat. Dalam
usaha menjaga integritas bangsa dan negara, perlu meningkatkan pembinaan
pemberdayaan partisipasi masyarakat sesuai dengan tuntutan keadaan dewasa ini.
TNI AD melalui fungsi pembinaan teritorial berusaha membangkitkan, mendorong,
mengarahkan serta mengendalikan keinginan, semangat dan daya masyarakat terutama
bagi generasi muda, dalam rangka peningkatan pembinaan partisipasi masyarakat terutama
bagi generasi muda, dalam rangka peningkatan pembinaan partisipasi masyarakat
dalam mewujudkan Kesadaran Bela Negara sesuai amanat pasal 30 ayat (2) UUD
1945.
b. Sesuai
dengan Pasal 7 Ayat 1 Undang-undang RI Nomor 34 tahun 2004 menyatakan bahwa
tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara,, mempertahankan keutuhan
wilayah NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan
bangsa dan negara. Sedangkan pada ayat 2 menyatakan bahwa tugas pokok TNI
dilaksanakan melalui Operasi Militer Untuk Perang ( OMUP ) dan Operasi Militer
Selain Perang ( OMSP ) serta pada butir 8 menyatakan Pemberdayaan Wilayah
Pertahanan dan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan
Semesta. Sebagai aplikasi dari Pemberdayaan Wilayah Pertahanan, salah satunya
memberdayakan Sumber Daya Manusia ( SDM ) masyarakat Indonesia, terutama
generasi potensial dalam wadah pembinaan Gerakan Pramuka.
c. Satuan
Karya Wira Kartika merupakan bagian integral dari Gerakan Pramuka dan jajaran
Kwartir Gerakan Pramuka yang merupakan wadah pendidikan guna menyalurkan minat,
mengembangkan bakat dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan ketrampilan dan
pengalaman Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam berbagai bidang
kejuruan/teknologi, serta memotivasi mereka untuk melaksanakan kegiatan karya
nyata dan produktif sehingga dapat memberi bekal bagi kehidupan dan
pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa dan negara, sesuai dengan aspirasi
pemuda Indonesia dan tuntutan perkembangan pembangunan dalam rangka peningkatan
ketahanan nasional. Keberadaan dan kegiatan operasional dari Saka Wira Kartika
sebagai kepanjangan proses pendidikan progresif sepanjang hayat Kepramukaan
yang berlandaskan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan
Pramuka.
d. Dalam
mendukung operasional Saka Wira Kartika dibutuhkan Buku Panduan Syarat
Kecakapan Khusus yang merupakan kumpulan materi kegiatan dalam Saka Wira
Kartika yang harus dilakukan oleh peserta didik, sehingga apabila dinyatakan
lulus dalam materi kegiatan yang disyaratkan, maka peserta didik berhak
memperoleh dan memakai Tanda Kecakapan Khusus sesuai dengan bidang masing-masing.
Buku Panduan Syarat Kecakapan Khusus merupakan produk bersama sesuai hasil
pengkajian Tim Pokja Kwarnas Gerakan Pramuka dan Tim Pokja TNI AD. Dengan
adanya panduan tersebut, maka dapat membantu kelancaran para pelatih,
instruktur dan pamong dalam rangka pembinaan dan pengembangan kegiatan
Kepramukaan dalam wadahSaka Wira Kartika di wilayah.
2.
Maksud
dan Tujuan.
a. Maksud.
Sebagai pedoman dalam pembinaan dan pengembangan Saka Wira Kartika di wilayah.
b. Tujuan.
Meningkatkan dan memperlancar pelaksanaan pembinaan dan pengembangan Saka Wira
Kartika di wilayah.
3. Ruang Lingkup dan Tata
Urut. Buku Panduan Syarat Kecakapan Khusus
Saka Wira Kartika yang disusun dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Krida
Navigasi Darat.
c. Krida
Pionneering.
d. Krida
Mountainering.
e. Krida
Survival.
f. Krida
Penanggulangan Bencana.
g. Penutup.
4. Dasar.
a. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan.
b. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.
c. Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka.
d. Keputusan
Presiden RI Nomor 104 tahun 2004 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.
e. Kesepakatan
bersama antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Pertahanan,
Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Agama, Menteri Pemuda dan Olahraga dan
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 118 tahun 2006, Nomor
KB/05/M/X/2006,Nomor 51/X/KB/2006 Nomor 52 tahun 2006, Nomor
0145/MENPORA/X/2006, Nomor 161 tahun 2006 tentang peningkatan upaya bela negara
melalui Gerakan Pramuka.
f. Peraturan
bersama Kepala Staf Angkatan Darat dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
Nomor Perksad 182/X/2007 dan Nomor 199 tahun 2007 tentang kerjasama dalam usaha
pembinaan dan pengembanganPendidikan Bela Negara dan Kepramukaan.
g. Surat
Keputusan bersama Dirjen Pothan Dephan dan Kak. Kwarnas Gerakan Pramuka Nomor
SKEP/27/VII/2006. Nomor 098 tahun 14 Juli 2007 tentang Pengesahan Buku Panduan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara dalam Gerakan Pramuka.
h. Keputusan
Ketua Kwartir Nasional Nomor 086 tahun 2005 tentang Anggaran Rumah Tangga
Gerakan Pramuka.
i.
Keputusan Ketua Kwartir
Nasional Gerakan Pramuka Nomor 182 tahun 2006 tentang petunjuk penyelenggaraan
Pokok-pokok Organisasi Gerakan Pramuka.
j.
keputusanKetua Kwartir
Gerakan Pramuka Nomor 188 tahun 2006 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Majelis
Pembimbing Gerakan Pramuka.
k. Keputusan
Ketua Kwartir Gerakan Pramuka Nomor 181 tahun 2007 tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka.
BAB
II
KRIDA
NAVIGASI DARAT
5. SKK PENGETAHUAN PETA DAN MEDAN.
a.
Umum.
1) Pramuka Siaga. (Tidak
diadakan).
2)
Pramuka
Penggalang.
a) Mengetahui
dan mengerti tentang peta dan medan.
b) Mengetahui
dan mengerti tanda-tanda peta.
c) Mengetahui
bagian-bagian dan pengertian peta Topografi.
d) Mengetahui
bagian-bagian dan pengertian peta Tematik.
3)
Pramuka
Penegak.
a) Memahami
dan dapat menentukan koordinat peta.
b) Memahami
dan mampu cara menyambung peta.
c) Mengetahui
bagian-bagian dan pengertian peta Topografi.
d) Mengetahui
bagian-bagian dan pengertian peta Tematik.
4)
Pramuka
Pandega.
a) Menguasai
dan mahir menentukan koordinat peta.
b) Menguasai
dan mahir cara menghitung kedar peta.
c) Menguasai
dan mahir menghitung sudut tanjakan.
d) Dapat
menjelaskan pengetahuan peta dan medan.
e) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang pramuka penggalang dan seorang
pramuka penegak sehingga memperoleh TKK Kompas Siang dan Kompas Malam.
b.
Pokok
Bahasan.
1) Pengertian Peta dan
Medan. Peta adalah gambaran sebagian atau
seluruh permukaan bumi yang yang dipindahkan ke dalam bidang datar, baik benda
alam maupun benda buatan manusia yang dapat dipertanggungjawaban kebenarannya.
Medan adalah bagian dari permukaan bumi dengan segala benda yang tidak bergerak
di atas permukaannya, baik benda alam maupun benda buatan manusia. Jenis-jenis
peta antara lain :
a) Peta
Topografi. Peta Topografi adalah peta yang menggambarkan posisi mendatar dan
tegak dari semua benda medan yang tidak bergerak di permukaan bumi.
b) Peta
Tematik. Adalah peta yang berisi gambaran satu atau dua tema khusus yang di
susun berdasarkan data statistik seperti peta jenis tanah dan peta perairan.
(1) Peta
Jenis Tanah adalah peta yang hanya menjelaskan jenis tanah yang terdapat pada suatu
wilayah (jenis tanah alluvial endapan sungai, tanah liat berpasir dan tanah
lempung). Contoh sebagai berikut :
(2) Peta
perairan adalah peta yang hanya menjelaskan unsur perairan yang terdapat pada
suatu wilayah (sungai, danau, rawa dan waduk). Contoh sebagai berikut :
2) Pengertian Tanda-tanda
Peta. Tanda-tanda Peta. Tanda peta adalah
sejumlah gambar pengganti yang mewakili bagian medan, benda medan dan tanda
medan. Tanda-tanda peta dapat dibedakan menurut warna dan bentuknya.
Tanda peta menurut warna.
a) Warna
Hitam. Untuk menunjukkan sebagian besar benda-benda medan buatan manusia
(misalnya jalan KA, tanda titik ketinggian, batas daerah dan tumbuh-tumbuhan).
b) Warna
Biru. Untuk menunjukkan tanda-tanda perairan (sungai, sawah, danau).
c) Warna
Merah. Untuk menentukan tanda-tanda peta berupa konstruksi dari batu/bangunan,
jalan keras.
d) Warna
Hijau. Untuk menentukan tanda-tanda peta berupa daerah/tempat yang didiami
manusia (perkampungan).
e) Warna
Cokelat. Untuk menentukan tanda-tanda peta berupa ketinggian (kontur, kedalaman
permukaan bumi dan sebagian jalan keras lebih rendah).
3) Pengertian Koordinat
Peta. Titik koordinat adalah pertemuanantara
garis tegak dengan garis mendatar di atas peta. Pada setiap lembar peta
terdapat grid (garis tegak lurus) yang membentuk kotak bujur sangkar yang
disebut karvak. Menghitungnya dari Barat ke Timur (KI/KA), selanjutnya dari
Sealatan ke Utara (BA/TAS).
Contoh : Koordinat 8 angka.
Co. 2343 3056 artinya X = 2343
Y = 3056
4) Tehnik Menyambung Peta.
Bila daerah yang dipelajari luas, maka peta yang digunakan terdiri dari
beberapa lembar peta. Untuk menyambung peta-peta tersebut dapat dilihat pada
petunjuk nomor peta yang terdapat pada setiap lembar peta di bagian kiri bawah
(ada 9 kotak bujur sangkar kecil yang masing-masing berisi nomor peta dan kotak
yang di tengah diarsir).
PETUNJUK
NOMOR HELAI PETA
36/XXXVII-B
|
37/XXXVII-A
|
37/XXXVII-B
|
36/XXXVII-D
|
37/XXXVII-C
|
37/XXXVII-D
|
36/XXXVIII-B
|
37/XXXVIII-A
|
37/XXXVIII-B
|
5) Pengertian Kedar Peta.
Kedar peta adalah perbandingan jarak mendatar antara dua titik di peta dengan
dua titik yang samadi medan. Untuk menghitung kedar dapat kita gunakan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
K : Kedar
JM : Jarak Mendatar di Medan.
JP : Jarak di Peta.
|
Contoh soal :
Diketahui
:
JP
: 2 cm.
JM : 1000 m.
Ditanya
:
Berapa kedarnya ?
Jawab
:
6) Pengertian Sudut
Tanjakan. Sudut tanjakan adalah perbandingan
selisih dua titik ketinggian dengan jarak mendatarnya dimedan. Bagi anggota
pramuka sangat penting untuk mengetahui terjalnya suatu tanjakan karena dengan
mengetahui terjalnya suatu tanjakan tersebut kita dapat melakukan pergerakan
lanjutan di lapangan sebenarnya.
|
Untuk perbandingan antara selisih tinggi
dengan jarak mendatar maka satuan panjangnya harus sama (meter).
a) Perbandingan
antara selisih tinggi dengan jarak mendatar.
Contoh : Selisih Tinggi = 25 meter, Jarak
mendatar = 100 meter.
b) Menyatakan
selisih tinggi dengan jarak mendatar dalam derajat.
|
Catatan :
(1) T
radial = 57,3
(2) Rumus
diatas dapat digunakan untuk sudut tanjakan yang lebih kecil dari 30
(3) Perhitungan
untuk lereng-lereng yang mendaki dinyatakan dengan tanda Plus (+),
sedangkangkan yang menurun dinyatakan dengan tanda Minus (-) dalam
penulisannya.
6. SKK KOMPAS SIANG DAN KOMPAS MALAM.
a. Umum
1)
Pramuka Siaga.
a) Dapat menyebutkan bagian-bagian dari kompas.
b) Dapat menyebutkan arah mata angin.
2)
Pramuka Penggalang
a) Mengetahui dan mengerti bagian-bagian kompas prisma.
b) Dapat menggunakan kompas prisma pada siang dan malam
hari.
c) Mampu menentukan sudut besaran derajat.
3)
Pramuka Penegak.
a) Memahami bagian-bagian kompas prisma.
b) Memahami dan mampu melaksanakan orientasi peta dengan
kompas.
c) Mampu menjelaskan kegunaan kompas prisma.
d) Dapat menentukan besaran sudut jurusan pada kompas
prisma.
e) Telah melatih sekurang-kurangnya seorang pramuka
penggalang sehingga memperoleh TKK Kompas Siang dan Kompas Malam.
4)
Pramuka Pandega.
a) Menguasai dan mahir bagian-bagian kompas prisma.
b) Menguasai dan mahir melaksanakan orientasi peta dengan
kompas.
c) Menguasai dan mahir melaksanakan kompas siang dan
kompas malam.
d) Mampu menjelaskan tentang cara menentukan besaran
sudut jurusan pada kompas prisma.
e) Telah melatih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang pramuka
penggalang dan seorang pramuka penegak sehingga memperoleh TKK Kompas Siang dan
Kompas Malam.
b. Pokok Bahasan
1)
Pengertian
Kompas. Kompas adalah alat yang umum digunakan untuk
menentukan arah dan sudut dilapangan. Bagian-bagian kompas adalah sebagai
berikut :
2)
Orientasi
Peta dengan Kompas. Sebelum peta digunakan terlebih dahulu peta harus
diorientasi sehingga peta tersebut terletak horizontal dalam kedudukan
utara/selatan peta sesuai dengan utara selatan medan. Cara mengorientasi peta
dengan Kompas :
a) Buka peta dan letakkan di atas bidang datar.
b) Buka kompas dan letakkan di atas peta.
c) Himpitka garis rambut dan tanda baca yang bercahaya
pada kompas sejajar dengan garis grid utara selatan pada peta.
d) Putar peta dan kompas sehingga jarum kompas searah
dengan garis utara magnit.
e) Dengan demikian peta telah terorientasi kea rah utara.
3)
Pengertian Kompas Siang dan
Kompas Malam.
a) Pengertian Kompas Siang. Kompas Siang adalah suatu
cara yang digunakan untuk menentukan arah/menuju sasaran yang telah di tentukan
pada siang hari. Langkah-langkah penggunaan kompas siang adalah :
(1) Buka tutup kompas hingga berdiri tegak.
(2) Letakkan/angkat prisma ke atas kaca kompas.
(3) Masukan ibu jari ke dalam cincin kompas dan luruskan
telujuk ke depan sehingga rapat pada bagian tutup kompas dengan maksud agar
pada waktu kompas dibidikkan tidak bergerak.
(4) Dari tiang bidikan, kedua kaki rapat/sikap sempurna
dan menghadap penuh ke sasaran.
(5) Bawa kompas ke depan mata dan langsung membidik, mata
yang tidak membidik dipejamkan.
(6) Lihat standar melalui prisma.
(7) Luruskan garis rambut pada tutup kompas dengan
sasaran.
(8) Baca garis-garis/angka derajat dalam kompas melalui
prisma yang sejajar dengan garis rambut pada kaca kompas dan sasaran.
(9) Itulah sudut yang di maksud.
(10)
Melaksanakan
Back Azimuth ( Bidikan ke
belakang
) sebagai koreksi sudut jurusan.
b) Pengertian kompas malam. Kompas malam adalah suatu
cara yang di gunakan untuk menentukan arah/menuju sasaran yang telah ditentukan
yang dilaksakan pada malam hari. Langkah-langkah penggunaan kompas pada malam
hari adalah :
(1) Buka tutup kompas hingga rata.
(2) Kendorkan sekrup pengapit.
(3) Putar kaca kompas sesuai sudut yang dikehendaki.
(4) Kencangkan sekrup pengapit.
(5) Kompas dibawa ke depan dada.
(6) Putar badan dan kompas sehingga jarum kompas yang
bercahaya berhimpit dengan tanda baca yang
bercahaya.
(7) Garis rambut dan tanda baca yang bercahaya menunjukkan
arah kompas.
7. SKK PENGETAHUAN RESECTION DAN
INTERSECTION.
a. Umum.
1)
Pramuka Siaga. (tidak diadakan)
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengetahui
dan mengerti kegunaan dari Resection (mengikat ke depan) dan Intersection
(mengikat ke belakang).
b) Mengetahui
dan mengerti cara melaksanakan Resection (mengikat ke depan) dan Intersection
(mengikat ke belakang).
c) Dapat
menyebutkan alat yang digunakan dalam pengetahuan Resection (mengikat ke depan)
dan Intersection (mengikat ke belakang).
3) Pramuka Penegak.
a) Memahami
dan mampu menjelaskan Resection (mengikat ke depan) dan Intersection (mengikat
ke belakang).
b) Dapat
melaksanakan Resection (mengikat ke depan) dan Intersection (mengikat ke
belakang).
c) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK
Pengetahuan Resection (mengikat ke depan) dan Intersection (mengikat ke
belakang).
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai
dan mahir menjelaskan Resection (mengikat ke depan) dan Intersection (mengikat
ke belakang).
b) Mahir
melaksanakan Resection (mengikat ke depan) dan Intersection (mengikat ke
belakang).
c) Dapat
menentukan obyek baru untuk melaksanakan Resection (mengikat ke depan) dan
Intersection (mengikat ke belakang).
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka
Penegak memperoleh TKK Pengetahuan Resection (mengikat ke depan) dan
Intersection (mengikat ke belakang).
b. Pokok Bahasan.
1)
Pengertian
Resection (mengikat ke depan) dan Intersection (mengikat ke belakang).
a) Resection(mengikat
ke depan) adalah cara untuk menentukan tempat/kedudukan sendiri di medan ke
titik di peta dengan menggunakan dua titik pertolongan yang terdapat di peta
dan di medan sebenarnya.
b) Intersection
(mengikat ke belakang) adalah cara untuk menentukan tempat/kedudukan pihak lain
di medan ke titik yang ada di peta dengan menggunakan titik pertolongan yang
terdapat di peta dan di medan.
2)
Cara
Melaksanakan Resection (mengikat ke depan) dan Intersection (mengikat ke
belakang).
a) Resection
(mengikat ke depan) dengan kompas.
(1)
Pilih dua titik tanda yang sudah
dikenali di lapangan dan juga di peta.

(2)
Dari arah kompas 146 ditarik garis Back
Azimuth (bidikan arah balik/ke belakang) sebesar 326.

(3)
Dari arah kompas 248 ditarik garis Back
Azimuth (arah balik) sebesar 68.
(4)
Dari hasil perpotongan kedua garis
tersebut merupakan kedudukan kita sendiri.
b) Intersection
(mengikat ke belakang) dengan kompas.
(1) Pilih
dua titik tanda yang sudah dikenali di medan dan di peta.


(2) Dari
titik 1 (satu) kita melaksanakan pergerakan ke arah titik 2 (dua) minimal
sejauh50 meter s.d 100 m. Dari titik 2 (dua) melaksanakan kompas ke sasaran
(mercu suar). Dari hasil perpotongan kedua garis tersebut merupakan kedudukan
pihak lain.
Contoh Gambar :
8. SKK PENGETAHUAN GLOBAL POSITION SYSTEM
(GPS).
a. Umum.
1)
Pramuka
Siaga.(Tidak
diadakan)
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengetahui
dan mengerti kegunaan dari alat GPS.
b) Mengetahui
dan mengerti bagian-bagian alat GPS.
c) Dapat
mengoperasikan alat GPS.
3) Pramuka Penegak.
a) Memahami
kegunaan alat GPS.
b) Memahami
dan mampu menjelaskan dan kegunaan dari bagian-bagian alat GPS.
c) Memahami
dan mampu mengoperasikan alat GPS.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK
Pengetahuan Global Position System (GPS).
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai
kegunaan alat GPS.
b) Menguasai
dan mahir menjelaskan dan kegunaan dari bagian-bagian GPS.
c) Menguasai
dan mahir mengoperasikan alat GPS.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka
Penegak sehingga memperoleh TKK Pengetahuan Global Position System (GPS).
b. Pokok Bahasan.
1)
Kegunaan
Alat Global Position System (GPS). GPS adalah alat untuk menentukan
posisi suatu tempat secara teliti dengan bantuan satelit yang ada dan dapat
digunakan untuk melaksanakan navigasi.
2) Bagian-bagian Alat Global Position
System (GPS).
3) Pengoperasian Alat GPS.
a)
Menghidupkan. Tekan tombol merah
(bergambar lampu) sehingga akan muncul layar seperti gambar.
b)
Jika alat belum dapat menjejak sinyal
satelit, maka akan keluar layar konfigurasi angka-angka berupa gambar dua
lingkaran dan beberapa tanda nomor satelit.
c)
Tunggu sampai alat akan munculkan layar
inisial (CHOOSE INIT).
d)
Pilih country, tekan Enter daftar negara
akan muncul, lalu dengan tombol besar, panah ke atas dan ke bawah, pilih
indonesia tekan enter kemudian tunggu.
e)
Layar status satelit akan muncul dan
alat sedang mencari sinyal satelit yang nomornya tergambar pada layar.
f)
Tunggu sampai sinyal-sinyal dapat
terjejak dengan tanda diagram batang di
atas nomor-nomor yang ada. Sinyal satelit yang terjejak ditandai dengan diagram
batang, makin kuat sinyal makin tinggi batang tergambar.
g)
Setelah jumlah minimum sinyal satelit
dapat terjejak, maka alat akan menampilkan layar posisi secara otomatis seperti
gambar :
h)
Mematikan alat. Tekan tombol merah
(gambar lampu) sampai pesawat akan padam sendiri.
BAB III
KRIDA PIONEERING
9. SKK TALI TEMALI.
a.
Umum.
1) Pramuka Siaga. (tidak
diadakan)
2)
Pramuka
Penggalang.
a) Mengerti
dan dapat membuat minimal 2 (dua) Simpul.
b) Mengerti
dan dapat membuat minimal 2 (dua) Jerat.
c) Mengerti
dan dapat membuat minimal 2 (dua) Ikatan.
3)
Pramuka
Penegak.
a) Memahami
dan mampu membuat minimal 4 (empat) Simpul.
b) Memahami
dan mampu membuat minimal 4 (empat) Jerat.
c) Memahami
dan mampu membuat minimal 4 (empat) Ikatan.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK
Tali Temali.
4)
Pramuka
Pandega.
a) Menguasai
dan mahir membuat minimal 10 (sepuluh) Simpul.
b) Menguasai
dan mahir membuat minimal 14 (empat belas) Jerat.
c) Menguasai
dan mahir membuat minimal 7 (tujuh) Ikatan.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka
Penegak sehingga memperoleh TKK Tali Temali.
b.
Pokok
Bahasan.
1)
Simpul.
a) Simpul
Hidup. Digunakan untuk menyambung tali yang sama besarnya dan cara membuatnya
sebagai berikut:
(1) Buat
simpul biasa pada kedua ujung tali.
(2) Tekuk/lipat
kedua ujung simpul, sehingga ujung simpul sejajar dengan bagian tali yang
panjang.
(3) Tarik
kedua tali secara berlawanan, sehingga sambungan menjadi kencang.
b) Simpul
hidup dengan sosok. Digunakan untuk menyambung tali yang sama besarnya, dengan
tujuan agar sambungan tersebut mudah dilepaskan kembali dan cara membuatnya
sebagai berikut :
(1) Buat
simpul hidup pada ujung tali.
(2) Salah
satu ujung pendeknya putar ke yang berlawanan sehingga membentuk sosok baru.
(3) Tarik
bagian tali yang panjang berlawanan arah dengan kuat-kuat, sehingga sambungan
menjadi kencang.
c) Simpul
tenun/simpul anyam. Digunakan untuk menyambung tali yang besarnya tidak sama,
licin atau basah dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
sosok pada ujung tali yang besar.
(2) Melalui
sosok tersebut susupkan tali kecil dan putar sehingga melilit sosok dan
membentuk mata.
(3) Tarik
kedua ujung tali besar dan kedua ujung tali kecil secara berlawanan.
d) Simpul
tenun berganda/simpul anyam rangkap digunakan untuk menyambung tali yang tidak
sama besarnya, dalam keadaan basah agar sambungan lebih kuat dan cara
membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
sosok pada ujung tali yang besar.
(2) Buat
mata pada ujung tali yang kecil, yang dililit sosok tali besar.
(3) Lilitkan
sekali lagi tali kecil pada sosok tali besar, sehingga ujung tali kecil
membentuk mata.
(4) Tarik
kedua ujung tali secara berlawanan.
e) Simpul
penarik. Digunakan untuk menambatkan benda/hewan pada patok dan cara membuatnya
sebagai berikut :
(1) Buat
simpul biasa di tengah-tengah tali.
(2) Tarik
lingkaran tengah simpul melalui sela-sela kaki simpul.
(3) Masukkan
sosok dari hasil tarikan simpul tersebut
pada patok yang telah disiapkan.
(4) Tarik
kedua ujung tali sehingga simpul menjadi kuat kencang.
f) Simpul
kelapa. Digunakan untuk menyambung tali, yang sama besar agar sambungan lebih
kuat dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
mata pada salah satu ujung tali yang akan di sambung.
(2) Buat
mata satu lagi pada ujung tali yang lain, dengan jalan menyusupkan melalui
sela-sela mata pada tali yang pertama secara bersilangan.
(3) Tarik
kedua ujung tali secara berlawanan.
g) Simpul
kursi. Digunakan untuk mengangkut orang sakit dan cara membuatnya sebagai
berikut :
(1) Buat
dua buah mata di tengah-tengah tali yang sejajar.
(2) Geser
mata dengan jalan menganyamnya.
(3) Buat
sosok yang besar dari kedua mata yang telah dianyam tersebut
(4) Dari
kedua ujung tali masing-masing buat mata yang melilit sosok yang baru dibuat.
h) Simpul
aceh. Digunakan untuk membawa atau mengikat tawanan dan cara membuatnya sebagai
berikut :
(1) Buat
dua buah mata di tengah-tengah tali yang sejajar.
(2) Geserkan
kedua mata dengan cara menganyam.
(3) Buat
sosok yang besar dari kedua mata yang dianyam, masukkan ke bahu kanan atau bahu
kiri tawanan.
(4) Tarik
kedua ujung tali sehingga simpul mengikat dengan ketat pada bahu tawanan.
i)
Simpul mati. Digunakan
untuk mengakhiri suatu ikatan dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
simpul pada tali.
(2) Dengan
kedua kaki simpul buat simpul baru.
(3) Tarik
kedua kaki simpul sehingga simpul kuat.
j)
Simpul mata dengan
sosok. Digunakan untuk memperkuat ikatan dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
sosok pada ujung tali.
(2) Buat
mata pada ujung tali yang pendek.
(3) Belitkan
kaki mata pada bagian tali yang panjang dan susupkan ke mata lagi.
(4) Belitkan
sekali lagi kaki mata pada kaki sosok dan susupkan ke mata lagi.
(5) Tarik
bagian tali yang panjang dan tahan pada sosok sehingga simpul menjadi kuat.
2)
Bentuk
Jerat.
a) Jerat
rangkap, digunakan untuk membuat tangga dari tali, mencabut patok dan cara
membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
mata yang sedang di tengah tali.
(2) Putarkan
mata sehingga berhimpit dan kedudukan kedua ujung tali di antara kedua mata.
(3) Masukkan
kedua mata pada balok.
(4) Tarik
kedua ujung tali secara berlawanan.
b) Jerat
tukang kayu, digunakan untuk ikat permulaan pada balok dan cara membuatnya
sebagai berikut :
(1) Buat
mata pada ujung tali yang melingkar balok, lipat ujung tali pendek melingkar
pada tali panjang. Lilitkan ujung tali tersebut pada mata secara
berulang-ulang.
(2) Tarik
ujung yang panjang sehingga jerat dengan kuat mengikat pada balok.
c) Jerat
memperpendek tali, digunakan untuk memperpendek tali yang terlalu panjang dan
cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
dua buah sosok secara berurutan di tengah-tengan tali.
(2) Dari
masing-masing ujung tali, buat mata yang membelit pada sosok yang telah dibuat
tersebut.
(3) Tarik
kedua ujung tali sehingga kencang.
d) Jerat
rangkap berganda, digunakan untuk mengikatkan tali pada balok dan cara
membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
dua belitan pada balok.
(2) Buat
belitan sekali lagi pendek di sisi tali yang panjang.
(3) Tarik
ujung tali yang pendek dan ujung tali yang panjang.
e) Jerat
mata kait, digunakan untuk mengangkat benda dengan bantuan katrol dan cara
membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
mata pada tali.
(2) Masukkan
mata tersebut pada pengait katrol.
(3) Tarik
katrol, sehingga jerat menjadi kencang.
f) Jerat
tiang rangkap,digunakan untuk menambatkan perahu atau hewan pada pohon atau
patok dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
mata pada ujung tali.
(2) Buat
dua buah sosok pada ujung tali pendek dan selipkan ke dalam mata.
(3) Belitkan
ujung sosok pada bagian tali yang panjang dan ujungnya selipkan pada mata lagi.
(4) Tarik
tali panjang dan ujung tali pendek secara berlawanan.
g) Jerat
tangga, digunakan untuk membuat tangga dari tali dan cara membuatnya sebagai
berikut :
(1) Buat
mata pada ujung tali.
(2) Belitkan
ujung tali panjang pada ujung tali pendek, sehingga berlawanan.
(3) Selipkan
tongkat pada mata dan tali panjang.
(4) Tarik
ujung tali pendek dan tali panjang berlawanan.
h) Jerat
sauh, digunakan untuk mengikat cincin besi/ cincin kait dan cara membuatnya
sebagai berikut :
(1) Belitkan
ujung tali dua kali pada cincin/balok atau sauh, buat mata pada ujung tali
pendek dengan membelitkan pada tali panjang dan susupkan/selipkan pada
sela-sela belitan tali dengan cincin.
(2) Belitkan
ujung tali pendek pada tali panjang beberapa kali dan ujung terakhirnya ikat
menjadi satu dengan bagian tali yang panjang.
i)
Jerat setengah,
digunakan untuk mengikat tali pada pohon dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Belitkan
tali pada balok/pohon.
(2) Belitkan
ujung tali pendek pada bagian tali panjang secara berulang-ulang.
(3) Rapatkan
ujung tali pendek dengan tali panjang dan ikat dengan ikat belit.
j)
Jerat sosok berganda,
digunakan untuk mengaitkan katrol dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
sosok yang besar pada ujung tali.
(2) Buat
dua buah sosok lagi dengan menarik dua kali sosok pertama secara berlawanan.
(3) Puntir
sosok dari tali panjang sehingga membentuk mata.
(4) Rapatkan
sosok dari tali pendek, puntir dan tekuk/lipat masukkan ke dalam mata tali yang
panjang.
k) Jerat
penuh dan setengah, digunakan untuk mengikat tali pada pohon atau patok/cincin
dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Belitkan
ujung tali dua kali pada pohon/patok cincin.
(2) Belitkan
kembali ujung tali yang pendek pada bagian tali yang panjang dengan bentuk mata
beberapa kali.
(3) Ikat
ujung tali pendek dengan tali panjang.
l)
Jerat mata rangkap
dengan sosok, digunakan untuk mengaitkan tali pada katrol dan cara membuatnya
sebagai berikut :
(1) Lipat/tekuk
tali menjadi dua bagian.
(2) Buat
mata dan sosok pada tali yang ditekuk/ dilipat.
(3) Masukkan
sosok kedalam mata dan tekuk keluar.
(4) Masukkan
kaki sosok dan tali panjang ke sela-sela sosok yang ditekuk.
(5) Tarik
tali panjang sehingga jerat menjadi kuat.
m) Jerat
angka delapan dengan sosok, digunakan untuk mengaitkan tali pada patok dan cara
membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
mata pada ujung tali dan masukkan ke dalam patok.
(2) Tekuk
ujung tali yang pendek dan buat angka 8.
(3) Selipkan
sisi ujung tali yang pendek ke dalam mata dan angka delapan.
n) Jerat
laso, digunakan untuk mengikatkan tali pada patok dan cara membuatnya sebagai
berikut :
(1) Buat
sosok pada ujung tali yang membelit patok.
(2) Buat
simpul biasa pada ujung tali yang pendek pada sosok yang membelit tali panjang.
(3) Tarik
tali panjang dan tahan pendek.
3)
Bentuk
Ikat Belit.
a) Ikat
belit pokok, digunakan untuk mengikat dua buah benda yang disambung lurus atau sejajar
dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Sejajarkan
balok yang akan disambung 30-50 Cm.
(2) Buat
jerat tukang kayu sebagai permulaan ikatan pada kedua ujung pokok.
(3) Belitkan
tali panjang pada kedua balok, belitan tersebut harus rapat, arah belitan
berlawanan dengan belitan tukang kayu.
(4) Selipkan
ujung tali ke dalam belitan, buat jerat setengah.
b) Ikat
belit pokok diubah, digunakan untuk menyambung dua buah benda yang disambung
lurus atau sejajar dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Sejajarkan
balok yang akan disambung 30-50 Cm.
(2) Buat
jerat tukang kayu sebagai permulaan pada kedua ujung balok.
(3) Buat
belitan pada tali panjang beberapa kali pada kedua balok, belitan harus rapat
satu sama lain.
(4) Rubah
dengan membuat antara pada belitan pertama dan kedua, antara dibuat dengan
membuat persilangan tali.
(5) Selipkan
ujung tali pada belitan dan buat jerat setengah di ujungnya.
c) Ikat
belit pokok dicekik, digunakan untuk membuat sambungan , silang atau lurus pada
pekerjaan jembatan maupun kemah/ barak/ sengkuap dan cara membuatnya sebagai
berikut :
(1) Buat
jerat tukang kayu pada awal ikatan.
(2) Belitkan
bagian tali yang panjang satu sama lain.
(3) Buat
cekikan pada belitan dengan menggunakan sisa ujung tali, dengan cara
menyelipkan tali di antara kedua benda.
(4) Lilitkan
beberapa kali dan matikan ujung tali dengan jerat setengah atau jerat rangkap.
d) Ikat
belit silang, digunakan untuk menyambung dua buah benda yang tegak lurus dan
cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Ikat
jerat tukang kayu.
(2) Belitkan
tali panjang pada persilangan, empat atau lima kali.
(3) Buat
cekikan di sela-sela sambungan dua atau tiga belitan, ujung tali ikat belit dan
jerat tukang kayu eratkan dengan simpul hidup atau jerat rangkap.
e) Ikat
belit puntir, digunakan untuk mengeraskan ikatan atau klem penjepit dan cara
membutnya sebagai berikut :
(1) Ikatkan
tali pada gelagar dan menggapit dengan simpul mati.
(2) Masukkan
kayu penusuk pada sela-sela tali dengan penggapit.
(3) Putar
hingga ikatan kencang.
f) Ikat
belit peneguh, digunakan untuk memperkuat patok peneguh (dua buah patok atau
lebih) dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
jerat tukang kayu pada salah satu patok.
(2) Belitkan
tali panjang pada kedua patok rapat-rapat.
(3) Lilitkan
ujung tali pada tali di antara patok beberapa kali.
(4) Matikan
ujung tali dengan jerat setengah.
(5) Buat
jerat tukang kayu sebagai awal ikatan.
(6) Buat
belitan dengan tali panjang pada pasak dengan balok mendatar beberapa kali.
(7) Buat
cekikan antara balok dengan pasak.
(8) Matikan
ujung jerat dengan ujung lilitan memakai simpul atau jerat rangkap.
g) Ikat
belit hidup, digunakan untuk menyambung dua buah benda yang disambung tegak
lurus dan cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Buat
jerat tukang kayu pada awal ikatan.
(2) Belitkan
tali panjang pada sambungan secara berurutan secukupnya.
(3) Rubah
belitan dengan mencekik belitan pertama pada sela-sela sambungan dua atau tiga belitan.
(4) Matikan
ujung tali dengan ujung jerat menggunakan simpul hidup.
h) Jerat
penuh rangkap, digunakan untuk mengaitkan katrol pada patok dan cara membuatnya
sebagai berikut :
(1) Belitkan
tali dua kali pada patok/ pohon.
(2) Buat
simpul pada kedua ujung tali yang membelit kedua belitan tali tersebut.
(3) Kaitkan
katrol pada tali dan tarik hingga kencang.
10. SKK PEMBUATAN JEMBATAN IMPROVISASI.
a.
Umum.
1) Pramuka Siaga.(tidak
diadakan)
2)
Pramuka
Penggalang.
a) Mengerti
dan dapat membuat jembatan tepi sederhana.
b) Mengerti
dan dapat membuat jembatan kuda-kuda.
c) Mengerti
dan dapat membuat jembatan bambu satu.
3)
Pramuka
Penegak.
a) Memahami
dan mampu membuat jembatan tepi sederhana.
b) Memahami
dan mampu membuat jembatan kuda-kuda.
c) Memahami
dan mampu membuat jembatan bambu satu.
d) Memahami
dan mampu membuat jembatan tarik.
e) Memahami
dan mampu membuat jembatan kaki delapan bersudut dua.
f) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK
Pembuatan Jembatan Improvisasi.
4)
Pramuka
Pandega.
a) Menguasai
dan mahir membuat jembatan tepi sederhana.
b) Menguasai
dan mahir membuat jembatan kuda-kuda
c) Menguasai
dan mahir membuat jembatan bambu satu.
d) Menguasai
dan mahir membuat jembatan tarik.
e) Menguasai
dan mahir membuat jembatan kaki delapan bersudut dua.
f) Menguasai
dan mahir membuat jembatan topang.
g) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka
Penegak sehingga memperoleh TKK Pembuatan Jembatan Improvisasi.
b.
Pokok
Bahasan.
Jembatan dengan konstruksi sangat sederhana mudah dikerjakan dan dapat
dilaksanakan dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat di lapangan.
1) Jembatan Tepi Sederhana.
a)
Pekerjaan awal.
(1)
Pembersihan tempat/ lokasi yang akan
dibangun jembatan.
(2)
Merambu yang meliputi pengukuran lebar
jembatan, penentuan sumbu as jembatan dan kedalaman sungai serta memeriksa
kondisi tanah.
(3)
Menentukan tempat kerja.
b)
Pekerjaan pangkal jembatan.
(1)
Menyiapkan tempat pangkal jembatan.
(2)
Gali tanah secukupnya untuk kedudukan
balok penyangga.
(3)
Apabila kondisi tanah pada tebing
pangkal jembatan mudah longsor, diperkuat dengan turapan.
(4)
Pasang balok penyangga melintang tegak
lurus sumbu jembatan.
(5)
Disamping kanan dan kiri balok penyangga
dipasang patok agar tidak goyah.
c)
Pemasangan gelagar.
(1)
Pasang gelagar di atas balok penyangga
sejajar arah sumbu jembatan (panjang gelagar maksimal 6 M) apabila dari bambu
atau batang kayu bulat minimal 10 Cm.
(2)
Gelagar yang bertumpu di atas balok
penyangga diratakan dan dipaku/diikat dengan kawat.
(3)
Gelagar dipasang rapat apabila di
atasnya ditimbun tanah.
(4)
Untuk jembatan yang dilalui kendaraan
jumlah gelagar dibuat minimal 8 batang pohon kelapa/pohon yang berdiameter
25-30 Cm di- susun berjajar rapat dengan pucuk dan pangkal batang satu dengan
batang yang lain berlawanan.
(5)
Pada ujung-ujung gelagar dipasang balok penahan
kemudian dipasang piket (patok) di sisi luar dan ujung-ujung balok penahan.
d)
Pembuatan lantai.
(1)
Lantai dibuat dari papan kayu bulat yang
utuh atau dibelah.
(2)
Dipasang melintang di gelagar memanjang
diikat dengan kawat atau dipaku.
(3)
Untuk memperkuat kedudukan lantai
dipasang balok penutup atau penjepit lantai.
e)
Pembuatan sandaran.
(1)
Sandaran dibuat dari kayu persegi, kayu
bulat atau bambu.
(2)
Tiang sandaran dipasang pada bagian
ujung-ujung pangkal jembatan ditanam di tanah.
(3)
Kayu/bambu sandaran dihubungkan dengan
tiang sandaran diikat kawat atau dipaku.
2) Jembatan kuda-kuda.
a)
Pekerjaan awal.
(1)
Pembersihan tempat/ lokasi yang akan
dibangun jembatan.
(2)
Merambu yang meliputi pengukuran lebar
jembatan, kedalaman sungai serta kondisi tanah.
(3)
Menentukan tempat kerja di daerah tepi
dekat dan tepi jauh.
b)
Pekerjaan pangkal jembatan.
(1)
Menyiapkan tempat pangkal jembatan.
(2)
Gali tanah secukupnya untuk kedudukan
balok penyangga.
(3)
Apabila keadaan tanah tebing pada
pangkal jembatan mudah longsor diperkuat dengan turapan.
(4)
Pasang balok penyangga melintang atau
tegak lurus sumbu jembatan.
(5)
Disamping kiri dan kanan balok penyangga
dipasang patok agar kedudukan balok tidak goyah.
c)
Pembuatan kuda-kuda.
(1)
Kuda-kuda kaki sejajar.
(a)
Membuat mal kuda-kuda dari tali di atas
tanah sesuai dengan lebar jembatan yang akan dibuat.
(b)
Buat kuda-kuda dari batang kayu
bulat/bambu diameter 10 Cm sesuai dengan mal yang sudah dibuat.
(c)
Pasang batang kayu bulat/bambu diameter
10 Cm pada kaki kuda-kuda bagian bawah sebagai balok lumpur.
(d)
Pasang penompang dari batang kayu/ bambu
bersilangan di atas kedua kaki kuda-kuda dan semua sambungan diikat dengan
belit silang.
(2)
Kuda-kuda kaki silang.
(a)
Dua buah batang kayu bulat/ bambu
minimal diameter 10 Cm diikat dengan ikatan belit silang pada bagian
persilangan bagian bawah sebagai kaki kuda-kuda.
(b)
Pasang batang kayu bulat/bambu diameter
10 Cm pada kaki kuda-kuda pada bagian bawah sebagai balok Lumpur.
d)
Pembuatan gelagar.
(1)
Pasang gelagar dari batang kayu
bulat/bambu diameter 10 Cm minimal 3 batang di atas kuda-kuda dan balok penyangga
dengan diikat memakai ikat belit silang.
(2)
Pasang balok penahan pada ujung-ujung
balok gelagar yang bertumpu pada balok penyangga.
e)
Pembuatan lantai jembatan.
(1)
Potong kayu bulat yang telah dibelah
atau papan, sesuai dengan lebar jembatan yang telah direncanakan.
(2)
Pasang potongan papan, kayu bulat
tersebut melintang di atas gelagar diikat dengan ikat silang atau dipaku.
(3)
Bila menggunakan bambu maka harus
dianyam atau dibuat sasak.
f)
Pembuatan sandaran.
(1)
Sandaran dibuat dari kayu persegi, kayu
bulat/bambu.
(2)
Tanam bambu/kayu bulat pada ujung
jembatan setinggi 90-100 Cm sebagai tiang sandaran.
(3)
Pasang bambu/kayu bulat pada tiang
sandaran tersebut sebagai titihan, untuk bagian tengah titihan diikatkan pada
kaki kuda-kuda sebagai tiang sandaran.
3) Jembatan Bambu Satu.
a)
Kebutuhan Bambu.
(1) Bambu
besar :
-
4 potong (ukuran 3 M).
-
1 potong (ukuran 250 Cm).
(2) Bambu
sedang :
-
2 potong (ukuran 100
Cm, 60 Cm, 3 M).
b)
Kebutuhan Tali.
(1)
16 Gulung (ukuran Panjang 6 M).
(2)
2 Gulung (ukuran Panjang 4 M).
4) Jembatan Tarik.
a)
Kebutuhan Bambu.
(1) Bambu
besar :
-
2 potong (ukuran 250 Cm).
-
2 potong (ukuran 160 Cm).
(2) Bambu
sedang :
-
4 potong (ukuran 3 M).
-
5 potong (ukuran 1 M).
-
2 potong (ukuran 2 M).
-
1 potong (ukuran 160 Cm).
-
20 potong (ukuran 120 Cm).
(3) Bambu
kecil :
-
14 potong (ukuran 50
Cm).
b)
Kebutuhan Tali.
(1) 21
Gulung (ukuran panjang 6 M).
(2) 1 Gulung
(ukuran panjang 7 M).
(3) 2 Gulung
(ukuran 15 M).
5) Jembatan Kaki Delapan Bersudut Dua.
a)
Kebutuhan Bambu.
(1) Bambu
besar :
-
4 potong (ukuran 5 M).
-
4 potong (ukuran 4 M).
(2) Bambu
sedang :
-
2 potong (ukuran 3 M).
-
6 potong (ukuran 2 M).
-
7 potong (ukuran 150 Cm).
-
60 buah (ukuran 150 Cm).
b)
Kebutuhan Tali.
(1)
26 Gulung (ukuran panjang 6 M).
(2)
6 Gulung (ukuran panjang 15 M).
6)
Jembatan
Topang.
Jembatan Topang hanya dapat digunakan untuk jembatan kelas 5 Ton dan biasanya
hanya digunakan jika tidak terdapat bahan-bahan lain seperti tali-tali pengikat
dan kayu bulat yang dapat ditebang di tempat itu. Jika di tepi-tepi terdapat
peletak-peletak yang dapat digunakan, lebih baik digunakan jembatan topang
lain.
a)
Jembatan
Topang Tunggal. Terdiri dari dua kuda-kuda yang diikat, yang duduk
pada tebing-tebing rintangan dan ujung lainnya saling bertemu. Pada titik
pertemuan ini kuda-kuda penyangga pemikul lintang, yang diatasnya terletak
bangunan atas jembatan. Kuda-kuda harus dibuat sedemikian rupa, supaya satu
dengan yang lainnya dapat tepat. Kemiringan kuda-kuda tidak boleh kurang dari
1:2 dan lantai jembatan harus dengan kemiringan 1:60. Tempat-tempat peletak
dari kuda-kuda harus dapat tepat berhadap-hadapan dan pada ketinggian yang sama
dan harus diusahakan supaya kaki jembatan macam ini dapat dikerjakan pada
bentangan 10 M oleh 30 orang, dalam waktu kurang lebih 2 jam, jika bahan-bahan sudah
ada di tempat itu.
b)
Jembatan
Topang Berganda. Dapat dibuat sampai bentangan 12 M. Kedua kuda-kuda
tidak saling bertemu, tetapi dihubungkan dengan balok mendatar dan oleh
karenanya terdapat dua titik tumpu.
11. SKK PEMBUATAN PERKEMAHAN.
a. Umum.
1)
Pramuka
Siaga.
(Tidak diadakan).
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengerti
dan dapat membuat minimal 2 macam Sengkuap.
b) Mengerti
minimal 1 macam menara.
3) Pramuka Penegak.
a) Memahami
dan Mampu Membuat minimal 2 macam Sengkuap.
b) Memahami
dan Mampu Membuat minimal 1 macam Barak.
c) Memahami
dan Mampu Membuat minimal 1 macam Menara.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK
Pembuatan Perkemahan.
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai
dan Mahir membuat minimal 2 macam Sengkuap.
b) Menguasai
dan Mahir membuat minimal 2 macam Barak.
c) Menguasai
dan Mahir membuat minimal 2 macam Menara.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka
Penegak sehingga memperoleh TKK Pembuatan Perkemahan.
b. Perkemahan.
1) Sengkuap.
a) Sengkuap
Satu Banjar Tiang. Cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Lembar
Sengkuap kurang lebih 3 meter.
(2) Panjang
Sengkuap tergantung jumlah personel yang menempatinya.
(3) Panjang
petak 2 s.d 4 meter, menurut kekuatan bahan yang digunakan.
(4) Tinggi
tiang kurang lebih 2,5 meter dan ditanam 0,5 meter.
(5) Belandar
depan dipasang setinggi 1,8 meter.
(6) Panjang
kasau 4,25 meter dan dipasang dengan jarak 0,5 meter, kasau menggunakan bambu
belah maka belahannya menghadap ke atas. Ujung kasau bagian atas (depan)
dilebihkan di atas belandar kurang lebih 0,6 meter.
(7) Pada
bagian belakang tidak harus menggunakan belandar, untuk itu ujung-ujung kasau
ditancapkan di tanah.
(8) Bila
penutup atas menggunakan daun pisang atau alang-alang maka lebih dulu dipasang
reng di atas kasau dengan jarak 0,3 meter untuk mengikat atap.
(9) Di
sekeliling Sengkuap dibuatkan parit, tanah bekas galiannya yang kering dan
dapat digunakan untuk meninggikan lantai.
(0) Sebagai
bahan penutup dapat menggunakan daun palem atau anyaman bambu, dll.
b) Sengkuap
Dua Banjar Tiang. Cara membuatnya sebagai berikut :
(1) Lebar
Sengkuap kurang lebih 3 meter.
(2) Panjang
Sengkuap tergantung jumlah personel yang menempati.
c) Sengkuap
Dua Banjar Tiang dengan Serambi.
2) Barak.
3) Menara.
12. SKK
BEKAL AIR DAN LISTRIK..
a. Umum.
b. Pokok
Bahasan.
BAB IV
KRIDA MOUNTAINEERING
13. SKK PANJAT TEBING.
a. Umum.
1)
Pramuka
Siaga. (
tidak diadakan ).
2)
Pramuka
Penggalang.
a) Mengetahui
kegunaan panjat bebas, panjat dengan alat bantu, kompetisi panjat.
b) Mengetahui
dan dapat menjelaskan tentang cara panjat bebas, panjat dengan alat bantu,
kompetisi panjat.
c) Dapat
panjat bebas, panjat dengan alat bantu, kompetisi panjat.
3)
Pramuka
Penegak.
a)
Memahami kegunaan panjat bebas, panjat
dengan alat bantu, kompetisi panjat.
b)
Memahami dan mampu menjelaskan tentang
tata cara panjat bebas, panjat dengan alat bantu, kompetisi panjat.
c)
Mampu panjat bebas, panjat dengan alat
bantu, kompetisi panjat.
d)
Mengetahui alat dan prasarana panjat
bebas, panjat dengan alat bantu, kompetisi panjat.
e)
Telah melatih sekurang-kurangnya seorang
Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK Panjat Tebing.
4)
Pramuka
Pandega.
a)
Menguasai kegunaan panjat bebas, panjat
dengan alat bantu, panjat tanpa alat bantu.
b)
Menguasai dan mahir menjelaskan panjat
bebas, panjat dengan alat bantu, panjat tanpa alat bantu.
c)
Mahir dalam panjat bebas, panjat dengan
alat bantu, panjat tanpa alat bantu.
d)
Menguasai alat peralatan yang digunakan
panjat bebas, panjat dengan alat bantu, panjat tanpa alat bantu.
e)
Menguasai dan mahir cara memasang panjat
bebas, panjat dengan alat bantu, panjat tanpa alat bantu.
f)
Telah melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua
) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka Penegak sehingga memperoleh TKK
Panjat Tebing.
b. Pokok Bahasan.
1) Panjat bebas ( Free Climbing ). Sesuai
dengan namanya free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri
sendiri. Namun keselamatan dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang
diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang benar, dengan
latihan yang baik otot-otot tangan dan kaki akan cukup kuat dan terlatih,
begitu pula dengan keseimbangan badan dan gerakan-gerakan akan terlatih dengan
sendirinya disamping itu dapat memperkirakan kemampuan dan memperhitungkan
lintasan yang akan di lalui. Pada free climbing peralatan berfungsi hanya
sebagai pengaman, peralatan yang digunakan antara lain tali, carabiner, sling,
chock dan piton tetap dipakai tetapi hanya berfungsi sebagai pengaman bila
jatuh. Dalam pelaksanaannya pendaki bergerak sambil memasang jadi kalaupun
tanpa alat-alat tersebut pendaki masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian.
Dalam tipe ini pendaki diamankan oleh belayer.
2) Panjat dengan alat bantu ( Artificial
Climbing ). Merupakan
panjat bebas dengan menggunakan bantuan peralatan tambahan seperti paku tebing,
bor, stirrup, palu/hammer, pengaman sisip, cincin kait, seling pendek, harnes,
bedak magnesium. Alat-alat tersebut digunakan untuk menambah ketinggian. Hal
ini dilakukan secara berkelompok, dengan pembagian tugas yang jelas antara
leader dan belayer, sehingga kelompok tersebut dapat mencapai ketinggian, baik
secara perorangan maupun secara bersama-sama.
3) Panjat tanpa alat bantu ( Free Soloing ).
Merupakan
bagian dari free climbing, tetapi sipendaki benar-benar melakukannya dengan
segala resiko yang dihadapinya seorang diri, dalam pergerakannya tidak
memerlukan peralatan pengamanan , untuk melakukan free solo climbing pendaki
harus benar-benar mengetahui segala
bentuk rintangan atau bentuk pergerakan pada rute yang dilaluinya serta
menghafalkan dahulu segala gerakan, tumpuan dan pegangan, biasanya free solo
climbing dilakukan oleh pendaki yang sudah pernah mendaki pada lintasan yang
sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sehingga hanya
orang-orang yang mampu dan benar-benar profesional yang akan melakukannya.
4) Cara melintasi Panjat bebas, Panjat dengan
alat bantu, panjat tanpa alat bantu.
a)
Membaca tebing dan menentukan
titik-titik rawan dengan alternatif mengatasinya.
b)
Kecuali tali dinamic semua peralatan
pada tebing dipasang pada sabuk si pemanjat dengan rapi agar tidak mengganggu
gerakan memanjat.
c)
Ujung tali dinamic dililitkan pada
cincin kait dan digantung pada tali pipih yang diikatkan pada sabuk bagian
depan.
5) Tehnik melintasi.
a)
Bergerak memanjat dengan menggunakan
ruas jari tangan dan injakan kaki pada lekukan dan benjolan tebing.
b)
Apabila tidak mungkin dengan cara itu
maka dapat digunakan celah yang ada pada tebing dengan menggunakan
stopper/chock/friends lalu pasang cincin kait dan masukkan tali dinamic
kedalamnya demikian seterusnya.
c)
Bila tidak terdapat celah lekukan atau
benjolan tebing maka pasang paku tebing dan pukul dengan palu pasang cincin
kait dan masukkan ujung tali dinamic demikian seterusnya.
d)
Agar tetap dijaga keseimbangan badan
sampai ke tempat yang kita tuju.
e)
Panjat tebing.
6) Jenis-jenis alat dan prasarana panjat
tebing.
a) Tali dinamic.
b) Tali
tubuh.
c) Sisip
pengaman : Stopper, chok dan friends.
d) Tali
sling atau tali pipih.
e) Cincin
kait.
f) Paku
tebing, palu tebing.
g) Alat
bantu memperlambat luncur ( sticht plate belay ).
h) Magnesiumm
7) Tehnik pemasangan panjat tebing.
a)
Membaca tebing.
b)
Mempersiapkan alat-alat yang digunakan
dalam pemanjatan.
c)
Bergerak memanjat dengan menggunakan
benjolan tebing apabila tidak terdapat celah atau benjolan tebing, kita
pergunakan dengan paku tebing sampai ke tempat yang kita tuju.
14. SKK TURUN TEBING.
a. Umum.
1)
Pramuka
Siaga. (
tidak diadakan ).
2)
Pramuka
Penggalang.
a) Mengetahui
kegunaan hesty dan rappelling.
b) Mengetahui
dan dapat menjelaskan tentang cara melintasi turun hesty rappelling.
c) Dapat
melintasi turun hesty dan rappelling.
3)
Pramuka
Penegak.
a)
Memahami kegunaan turun hesty dan
rappelling.
b)
Memahami dan mampu menjelaskan tentang
tata cara melintasi turun hesty dan
rappelling.
c)
Mampu melintasi turun hesty dan
rappelling.
d)
Mengetahui alat dan prasarana turun
hesty dan rappelling.
e)
Telah melatih sekurang-kurangnya seorang
Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK Turun Tebing.
4)
Pramuka
Pandega.
a) Menguasai
kegunaan turun hesty dan rappelling.
b) Menguasai
dan mahir menjelaskan tentang tata cara melintasi turun hesty dan rappelling.
c) Mahir
melintasi turun hesty dan rappelling.
d) Menguasai
alat peralatan yang digunakan turun hesty dan rappelling.
e) Menguasai
dan mahir cara memasang turun hesty dan rappelling.
f) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang
Pramuka Penegak sehingga memperoleh TKK Turun Tebing.
b. Pokok Bahasan.
1) Kegunaan turun hesty dan naik togle.
a)
Kegunaan turun hesty. Untuk melintasi
medan yang tidak terlalu curam dan tidak bisa dilalui dengan jalan kaki biasa
dengan menggunakan tali Peleton.
b)
Kegunaan naik togle rope. Untuk melintasi
medan yang tidak terlalu terjal yang sulit dilewati jalan kaki biasa.
2) Cara melintasi turun hesty dan
rappelling.
a)
Hesty.
(1) Tali
lintasan berada di belakang punggung, kedua tangan direntangkan sambil memegang
tali lintasan dan telapak tangan menghadap ke atas dengan menggunakan sarung
tangan.
(2) Kedua
kaki dibuka selebar bahu digeser kesamping, bersamaan itu kedua tangan yang
direntangkan mengikuti gerakan.
b) Rappelling.
(1)
Menggunakan peralatan tali saja,
dibelitkan sedemikian rupa pada badan, cara ini terjadi gesekan antara badan
dengan tali, sehingga bagian badan yang bergesekan akan terasa panas.
(2)
Menggunakan tli tubuh, carabiner dan
descender memakainya hampir sama dimana gaya gesek diberikan pada descender.
c) Melintasi turun hesty.
(1)
Turun hesty.
(2)
Rappelling.
d) Jenis-jenis alat dan prasarana turun
hesty dan rappelling.
(1)
Turun hesty.
(a)
Tali peleton 1,5 Cm, Panjang 225 M.
(b)
Sarung tangan.
(c)
Pohon, batu, patok sebagai tambatan
ikatan pokok.
(2)
Rappelling.
(a)
Tali statik/dinamik.
(b)
Sarung tangan.
(c)
Cincin kait.
(d)
Carabiner.
(e)
Descender (figure 8).
e) Tehnik pemasangan turun hesty dan
rappelling.
(1) Turun
hesty.
(a)
Gunakan medan yang memiliki sudut 60.
(b)
Ikatan tali peleton pada tambatan yang
kuat dengan ikatan pokok sisa tali diuraikan ke bawah tebing sampai pada medan
yang cukup rata.
(c)
Periksa dan coba lintasan sebelum
digunakan.
(2) Rappelling.
(a)
Cari medan yang memiliki sudut 90.
(b)
Pasang sit harness, cincin kait dan
sarung tangan.
(c)
Masukkan tali jalur ke descender yang
dihubungkan dengan cincin kait.
(d)
Masukkan tali jalur ke carabiner yang
dihubungkan dengan cincin kait.
(e)
Periksa dan coba sebelum digunakan.
15. SKK TRAVESING.
a. Umum.
1)
Pramuka
Siaga.(
tidak diadakan )
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengetahui
kegunaan Travesing.
b) Mengetahui
dan dapat menjelaskan tentang Travesing.
c) Dapat
melakukan Travesing.
3) Pramuka Penegak.
a)
Memahami kegunaan Travesing.
b)
Memahami dan mampu menjelaskan tentang
tata cara Travesing.
c)
Mampu melakukan Travesing.
d)
Mengetahui alat dan prasarana Travesing.
e)
Telah melatih sekurang-kurangnya seorang
Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK Travesing.
4)
Pramuka
Pandega.
a)
Menguasai kegunaan Travesing.
b)
Menguasai dan mahir menjelaskan tentang
tata cara Travesing.
c)
Mahir melakukan Travesing.
d)
Menguasai alat peralatan yang digunakan
Travesing.
e)
Menguasai dan mahir cara memasang
peralatan Travesing.
f)
Telah melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua
) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka Penegak sehingga memperoleh TKK
Travesing.
b. Pokok Bahasan.
1) Rayap tali satu dan dua.
a)
Kegunaan Rayapan Tali satu dan dua.
(1)
Rayapan Tali satu, untuk melintasi medan
yang tidak dapat dilalui oleh jalan kaki biasa.
(2)
Rayapan Tali dua, sama seperti Rayapan
Tali satu.
b)
Cara melintasi Rayapan Tali satu dan
dua.
(1)
Rayapan Tali satu.
(a)
Pertama anggota Pramuka duduk di atas
lintasan Rayapan Tali satu, kemudian badan direbahkan dan kedua tangan memegang
tali lintasan.
(b)
Salah satu kaki dikaitkan pada tali
lintasan, kaki yang satu tergantung lemas untuk keseimbangan.
(c)
Tehnik melintasi. Kedua tangan
dijulurkan kedepan kemudian memegang erat tali, lalu menarik badan ke depan
diikuti dengan kaki yang terkait di tali lintasan, demikian selanjutnya sampai
ke ujung lintasan.
(2)
Rayapan Tali dua.
(a)
Peserta Pramuka duduk di atas tali
lintasan Rayapan Tali dua, kemudian badan direbahkan dan kedua tangan dijulurkan
ke depan dengan tetap berpegangan pada kedua tali lintasan.
(b)
Kedua kaki dikaitkan pada masing-masing
lintasan kanan dan kiri.
(c)
Tehnik melintasi. Kedua tangan
dijulurkan ke depan masing-masing lintasan, kemudian badan ditarik ke depan
diikuti dengan gerakan kedua kaki, demikian selanjutnya sampai ke ujung
lintasan.
c)
Melintasi Rayapan Tali satu dan dua.
(1)
Melintasi Rayapan Tali satu.
(2)
Melintasi Rayapan Tali dua.
d)
Jenis-jenis alat dan prasarana Rayapan
Tali satu dan dua.
(1)
Alat dan prasarana Rayapan Tali satu.
(a)
Tali manila 3,5 Cm, Panjang 225 M.
(b)
Tali perorangan.
(c)
Katrol atau alat pengencang.
(d)
Pohon, batu, untuk tambatan tali.
(2)
Alat dan prasarana Rayapan Tali dua.
(a) Tali
manila 2,5 Cm, Panjang 225 M.
(b) Tali
perorangan.
(c) Katrol
atau alat pengencang.
(d) Bambu-bambu
stabilisator.
(e) Pohon, batu,
untuk tambatan tali.
e)
Tehnik dan pemasangan Rayapan Tali satu
dan dua.
(1)
Rayapan Tali satu.
(a)
Buat ikatan pokok pada tepi dekat.
(b)
Kencangkan tali, sementara buat gelung
rangkap 4 langkah dari tepi jauh.
(c)
Kencangkan lintasan dengan bantuan
katrol.
(d)
Ikat dan kunci agar tidak kendor.
(e)
Periksa lintasan sebelum digunakan.
(2)
Rayapan Tali dua.
(a)
Cari atau gunakan pancangan yang kuat
untuk tambatan ikatan pokok.
(b)
Kencangkan tali satu persatu dengan
jarak antara tali 40 Cm.
(c)
Pasang bambu stabilisator dan ikat
dengan tali perorangan.
(d)
Jarak antara bambu stabilisator 5 M.
(e)
Periksa lintasan sebelum digunakan.
2) Titian tali 2dan 3.
a)
Kegunaan titian tali dua dan tali tiga.
(1)
Titian tali dua, untuk melintasi medan
yang tidak bisa dilewati oleh kendaraan.
(2)
Titian tali tiga, untuk melintasi medan
yang tidak bisa dilewati oleh kendaraan.
b)
Cara melintasi titian tali dua dan tali
tiga.
(1)
Titian tali dua.
(a)
Berdiri di atas lintasan dan salah satu
tangan menjepit tali lintasan bagian atas, yang satunya dijulurkan ke depan
dengan telapak tangan menghadap ke atas.
(b)
Tangan digeser ke depan bersamaan
menarik badan dan kedua kaki digeser ke samping selanjutnyasampai ke seberang.
(c)
Tehnik melintasi. Kedua tangan
dijulurkan kedepan kemudian memegang erat tali, lalu menarik badan ke depan
diikuti dengan kaki yang terkait di tali lintasan, demikian selanjutnya sampai
ke ujung lintasan.
(2)
Titian tali tiga.
(a)
Kedua kaki berdiri di atas tali lintasan
yang di bawah dengan posisi kaki menyilang, kedua tangan masing-masing memegang
tali lintasan yang ada di atas (kanan,kiri) dengan posisi telapak tangan
menghadap ke atas.
(b)
Tehnik melintasi. Kedua tangan digeser
ke depan dengan tetap berpegangan pada
tali lintasan ( kanan , kiri) sambil menarik badan, bersamaan dengan itu kaki
belakang melangkah ke depan dan tetap menyilang pada tali lintasan bawah,
demikian selanjutnya sampai ke ujung lintasan.
c)
Melintasi Titian tali dua dan titian
tali tiga.
(1) Melintasi
titian tali dua.
(2) Melintasi
titian tali tiga.
d)
Jenis-jenis alat dan prasarana titian
tali dua dan tiga.
(1)
Titian tali dua.
(a)
Tali manila 2,5 Cm, Panjang 225 M.
(b)
Tali perorangan untuk jari-jari.
(c)
Katrol atau alat pengencang.
(d)
Pohon-pohon, batu-batu besar,
patok-patok untuk tambatan ikatan pokok.
(2)
Titian tali tiga.
(a)
Tali manila 2,5 Cm, Panjang 225 M.
(b)
Tali perorangan untuk jari-jari.
(c)
Katrol atau alat pengencang.
(d)
Bambu stabilisator.
(e)
Pohon-pohon, batu-batu besar,
patok-patok untuk tambatan ikatan pokok.
e)
Tehnik pemasangan titian tali dua dan
tali tiga.
(1)
Titian tali dua.
(a)
Ikat tali pokok satu persatu pada pohon (tambatan)
pasang tali yang bawah terlebih dahulu dan kencangkan.
(b)
Pasang tali bagian atas dengan jarak 1,5
M.
(c)
Pasang jari-jari dengan tali perorangan
setelah kedua tali kencang.
(d)
Cara memasang jari-jari.
(1)
Buat ikatan pokok pada lintasan bagian
atas.
(2)
Tali yang terurai ke bawah dikaitkan
dengan kaki, kemudian dibawa ke atas dan diikat.
(3)
Jarak antara jari-jari 2 M-3 M.
(e)
Periksa lintasan sebelum digunakan.
(2)
Titian tali tiga.
(a)
Pasang tali satu persatu dari lintasan
bawah.
(b)
Pasang jari-jari dan bambu stabilisator
seperti pad pemasangan Rayapan tali dua.
(c)
Periksa lintasan sebelum digunakan.
3) Peluncuran.
a)
Kegunaan peluncuran. Untuk melintasi
medan yang curam atau mempercepat ke tempat yang dituju.
b)
Cara dan tehnik melintasinya. Togle rope
membentuk “8” kemudian disilangkan di atas tali peluncuran dan toglenya berada
di atas, kedua tangan memegang tali togle rope, siku-siku tangan lurus dan
salah satu kaki dijulurkan ke bawah yang satunya ditekuk dan siap untuk
meluncur.
c)
Jenis-jenis alat dan prasarana
peluncuran.
(1)
Tali manila 3,5 Cm, Panjang 225 M.
(2)
Tali peleton 1,5 Cm.
(3)
Tali perorangan.
(4)
Togle rope, cincin kait.
(5)
Sarung tangan.
4) Hand Traves ( Bergerak ke samping ).
a)
Kegunaan Hand Traves. Untuk bergerak ke
samping dilakukan bila pegangan ideal sangat minim dan memanjat vertikal sudah
tidak memungkinkan.
b)
Cara dan tehnik melintasi. Tehnik ini
sangat rawan dan banyak memakan tenaga, karena seluruh berat badan tergantung
pada pegangan tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan
kaki ( ujung kaki ) , agar berat badan dapat terbagi lebih rata.
c)
Rappelling.
(1)
Pasang Seat Harness dan cincin kait
serta tangan, masukkan tali jalur ke Descender yang dihubungkan dengan cincin
kait.
(2)
Sikap awal, tangan kanan berada di bawah
di samping paha di sebelah kanan meremas tali, tali jalur berada di sebelah
kanan tangan kiri berada di atas lurus dan meremas tali tidak kaku.
(3)
Berat badan pada kedua kaki dan tali
pandangan ke depan badan tegak seperti duduk di kursi.
(4)
Gerakkannya, tolak dengan dua ujung telapak
kaki tangan kanan dan kiri mengulur tali pada saat melayang posisi kaki tidak
berubah tangan kanan yang berada di bawah di samping paha mengendalikan
kecepatan pada saat mendarat dengan kedua ujung telapak kaki mengeper dan
tangan kanan mengerem.
d)
Jenis-jenis alat dan prasarana peluncuran,
Snap Link dan Rappelling.
(1)
Peluncuran.
(a)
Tali manila 3,5 Cm, Panjang 225 M.
(b)
Tali peleton 1,5 Cm.
(c)
Tali perorangan.
(d)
Togle rope, cincin kait.
(e)
Sarung tangan.
(2)
Katrol atau alat pengencang.
(a)
Patok-patok, untuk tambatan ikatan
pokok.
(b)
Karung.
(c)
Snap Link.
(1)
Tali peleton 1,5 Cm.
(2)
Tali perorangan.
(3)
Cincin kait dan sarung tangan.
(4)
Pohon-pohon atau patok-patok, untuk
tambatan ikatan pokok.
(3)
Rappelling.
(a)
Tali dinamic ( sebagai jalur ).
(b)
Cincin kait atau Descender ( alat bantu ).
(c)
Tali sling ( pipih ).
(d)
Sarung tangan.
e)
Tehnik pemasangan peluncuran, Snap Link
dan Rappelling.
(1)
Peluncuran.
(a)
Cari atau pilih tempat yang memenuhi
syarat dengan sudut 30-40 dan tempat pendaratan yang rata dan tidak berbatu.
(b)
Buat para-para dan tangga tali bila
ikatan pokok di atas pohon.
(c)
Bersihkan lintasan jalur dari pohon atau
ranting yang menghalangi.
(d)
Bila sudah kencang pasang belayer atas
dan bawah dengan ikatan jerat kambing.
(e)
Periksa dan coba sebelum digunakan.
(2)
Snap Link.
(a)
Cari dan gunakan tebing dengan sudut 60
kemudian buat jalur lintasan Snap Link.
(b)
Ikat tali Peleton dengan ikatan pokok
pada pohon atau batu dan sisa tali diurai ke bawah.
(c)
Periksa dan coba sebelum digunakan.
(3)
Rappelling.
(a)
Pasang tali jalur atau jalur static yang
ada di atas tebing.
(b)
Pasang Seat Harness cincin kait serta
sarung tangan.
(c)
Masukkan tali jalur ke Descender yang
dihubungkan dengan cincin kait.
BAB V
KRIDA
SURVIVAL
16. SKK
JENIS-JENIS TUMBUHAN.
a. Umum.
b. Pokok
Bahasan.
17. SKK
JENIS-JENIS BINATANG.
a. Umum.
b. Pokok
Bahasan.
18. SKK
HUTAN, GUNUNG DAN RALASUNTAI.
a. Umum.
b. Pokok
Bahasan.
19. SKK
PEMELIHARAAN DAN BONGKAR PASANG SENJATA.
a. Umum.
b. Pokok
Bahasan.
20. SKK
SIKAP MENEMBAK DAN LATIHAN BIDIK KERING.
a. Umum.
b. Pokok
Bahasan.
21. SKK
MENEMBAK.
a. Umum.
b. Pokok
Bahasan.
BAB VI
KRIDA PENANGGULANGAN BENCANA
22. SKK MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA.
a.
Umum.
1) Pramuka Siaga. ( tidak
diadakan ).
2)
Pramuka
Penggalang.
a) Mengetahui
jenis-jenis bencana.
b) Mengetahui
jenis-jenis alat yang digunakan untuk menangulangi bencana.
3) Pramuka Penegak.
a) Memahami
dan mampu menjelaskan jenis-jenis bencana.
b) Memahami
dan mampu menjelaskan jenis-jenis alat yang digunakan untuk menanggulangi
bencana.
c) Memahami
dan mampu menjelaskan tindakan pencegahan, penanggulangan dan pengamanan diri
dari akibat bencana.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang, sehingga memperoleh SKK
Manajemen Penanggulangan Bencana.
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai
dan mahir menjelaskan jenis-jenis bencana.
b) Menguasai
dan mahir menjelaskan tehnik penanggulangan bencana.
c) Menguasai
dan mahir menggunakan berbagai alat penanggulangan bencana.
d) Menguasai
dan mahir menjelaskan tindakan pencegahan, penanggulangan dan pengamanan diri
dari akibat bencana.
e) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang
Pramuka Penegak, sehingga memperoleh SKK Manajemen Penanggulangan Bencana.
b.
Pokok
Bahasan.
1) Penanggulangan Bencana.
a) Penanggulangan
bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dari seluruh tumpah darah Indonesia.
b) Penanggulangan
bencana adalah kewajiban bersama antara pemerintah dan masyarakat yang
didasarkan pada partisipasi, didukung dan prakarsa masyarakat serta pemerintah
daerah.
c) Penanggulangan
bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya bencana yang meliputi
kegiatan pencegahan, penjinakan dan kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi
dan memperlunak dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
d) Penanggulangan
bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi
penderitaan masyarakat dan meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat
secara lahir batin.
2)
Jenis,
Sifat dan Tingkat dan Korban Bencana.
a) Jenis
Bencana.
(1) Bencana
alam fenomena atau gejala alam yang disebabkan oleh keadaan geografis,
biologis, seismis, hidrogis dan meteorologist atau disebabkan suatu proses
dalam lingkungan alam yang mengancam kehidupan dan perekonomian masyarakat
serta menimbulkan malapetaka.
Contoh : Wabah penyakit, gempa bumi,
letusan gunung berapi, gelombang laut pasang ( Tsunami ), banjir, kekeringan
dan lain-lain.
(2) Bencana
ulah manusia. Peristiwa yang terjadi karena proses teknologi, interaksi manusia
dengan manusia didalam masyarakat itu sendiri yang menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Contoh : Pembuangan limbah pabrik dengan
sembarangan, polusi pabrik dan kendaraan bermotor, kebakaran, kecelakaan lalu
lintas dan lain-lain.
b) Sifat
Bencana.
(1) Terbatas,
apabila bencana yang terjadi hanya mengakibatkan rusak dan hilangnya sebagian
harta benda atau timbulnya korban jiwayang tidak banyak.
(2) Dahsyat
( luar biasa ). Apabila bersama yang terjadi sangat menakutkan dimana
mengakibatkan timbulnya korban jiwa yang sangat besar. Hilangnya harta benda
serta menyebabkan kerusakan sarana prasarana lingkungan yang menyangkut
kepentingan masyarakat.
c) Sekala/Tingkat
Bencana.
(1) Setempat/Lokal.
Bila bencana yang terjadi disuatu Daerah Kabupaten/Kota dan dampaknya terbatas
pada Masyarakat daerah setempat.
(2) Propinsi.
Bila bencana yang terjadi disuatu/beberapa daerah kabupaten/kota dalam wilayah
propinsi dan dampaknya dirasakan di Wilayah Propinsi tersebut.
(3) Nasional.
Bila bencana terjadi disatu/beberapa daerah/wilayah tertentu dan dampaknya
dirasakan secara Nasional.
d) Korban
Bencana.
(1) Manusia.
Korban Manusia akibat suatu bencana baikyang mengalami luka ringan, luka berat
dan meninggal dunia.
(2) Harta
benda, Korban harta benda akibat bencana dapat berupa hilangnya atau rusaknya harta
benda, tempat tinggal, hewan serta sarana dan prasarana umum lainnya.
(3) Lingkungan
hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana lingkungan yang menyangkut
kepentingan hidup masyarakat secara umum.
3)
Pentahapan
Penanggulangan Bencana.
a) Sebelum
bencana terjadi. Kegiatan yang dilakukan meliputi tahap-tahap :
1) Preventif
( Pencegahan ) Yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya
penyebarluasan tentang berbagai peraturan, perundang-undangan yang berdampak
untuk mengurangi resiko bencana termasuk pembuatan peta rawan bencana.
2) Mitigasi
( Penjinakan ) Yaitu kegiatan yang lebih dititik beratkan pada upaya secara
fisik untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti pembuatan
cek dam, rehabilitasi aliran sungai, pengawasan terhadap pelaksanaan RUTR, IMB,
Pemindahan penduduk kedaerah yang aman dari bencana dan pemasangan tanda-tanda
larangan di daerah yang rawan bencana.
3) Kesiapsiagaan
yaitu meliputi kegiatan untuk mengadakan latihan atau gladi Pramuka dan
masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, serta pendidikan dan pelatihan
bagi personil yang tergabung dalam organisasi satlak maupun satgas PBP serta
aparat pemerintah dan ormas lainnya. Kegiatan pada tahap ini amat penting
karena usaha untuk menghindari bencana akan lebih efektif dan efisien dari pada
rehabilitasi dan kontruksi.
b) Saat
bencana terjadi. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini meliputi :
(1) Peringatan
dini yaitu upaya dan kegiatan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan
dimana untuk memberikan kesempatan kepada penduduk untuk menyelamatkan diri
dari kemungkinan terlanda bencana alam.
(2) Tanggap
darurat, yaitu upaya dan kegiatan pengerahan unsur-unsur penanggulangan bencana
guna mencari, menolong dan menyelamatkan korban bencana serta memberikan
bantuan kepada para pengungsi berupa makanan dan minuman, pakaian, obat,
pembuatan barak-barak darurat sebagai tempat penampungan sementara.
c) Sesudah
bencana terjadi. Kegiatan yang dilakukan setelah terjadi bencana :
(1) Rehabilitasi
yaitu upaya dan kegiatan untuk memfungsikan dan memberdayakan kembali berbagai
sarana prasarana umum yang mengalami kerusakan akibat bencana, guna mengurangi
penderitaan masyarakat yang tertimpa musibah.
(2) Rekonstruksi
yaitu upaya dan kegiatan untuk membangun kembali berbagai kerusakan yang
diakibatkan oleh bencana secara lebih baik daripada keadaan sebelumnya untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana diwaktu yang akan datang. Kegiatan
pada tahap rekontruksi harus direncanakan dengan teliti dan seksama, dengan
mengikut sertakan berbagai pihak yang terkait sesuai dengan bidang
masing-masing secara terintegrasi dan terpadu.
23. SKK PERJALANAN DAN PENANGANAN GAWAT
DARURAT ( PPGD ).
a.
Umum.
1)
Pramuka
Siaga.
( tidak diadakan ).
2) Pramuka Penggalang.
a) Mengetahui
tentang Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b) Mengetahui
dan mengerti cara melaksanakan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD
).
c) Mengetahui
jenis peralatan yang digunakan dalam Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat (
PPGD ).
3) Pramuka Penegak.
a) Mampu
menjelaskan tentang Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b) Mampu
melaksanakan Perjalanan dan Penangan Gawat Darurat ( PPGD ).
c) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh SKK
Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
4) Pramuka Pandega.
a) Menguasai
dan mahir melaksanakan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
b) Mampu
menjelaskan tentang tehnik dan penggunaan peralatan Perjalanan dan Penanganan
Gawat Darurat ( PPGD ).
c) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 (dua) orang Pramuka Penggalang dan seorang Pramuka
Penegak sehingga memperoleh SKK Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD
).
b.
Pokok
Bahasan.
1) Pengertian perjalanan dan
penanganan gawat darurat ( PPGD ). Perjalanan dan
Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ) adalah hal-hal yang mencakup keadaan
kesehatan pada suatu perjalanan/ kegiatan meliputi kesiapan fisik, mental dan
pengetahuan tentang kesehatan dan gizi.
2)
Cara
Melaksanakan Perjalanan dan Penanganan Gawat Darurat ( PPGD ).
a) Kesiapan
fisik.
(1) Kesiapan
fisik penolong harus dalam kondisi yang prima.
(2) Mengetahui
tehnik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(3) Dapat
mengambil tindakan dengan cepat dan tepat dalam memberikan pertolongan kepada
korban.
b) Kesiapan
Mental.
(1) Memiliki
rasa percaya diri dalam melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(2) Memiliki
kepekaan terhadap diri dan lingkungan.
(3) Selalu
mengedepankan akal sehat dalam mengambil setiap tindakan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan ( P3K ).
(4) Mampu
mengendalikan diri terhadap segala situasi.
c) Pengetahuan
tentang kesehatan dan gizi.
(1) Mengerti
tentang tehnik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
(2) Mengerti
dan mengetahui tentang obat dan penggunaannya.
(3) Memahami
tentang berbagai macam penyakit dan gangguan kesehatan.
(4) Mengetahui
berbagai macam jenis makanan yang layak dikonsumsi.
(5) Mengerti
perimbangan nutrisi dan gizi dalam melaksanakan kegiatan dan perjalanan.
(6) Mampu
melaksanakan tehnik evakuasi korban.
24. SKK PENGETAHUAN KOMUNIKASI RADIO.
a.
Umum.
1) Pramuka Siaga. ( Tidak
diadakan ).
2)
Pramuka
Penggalang.
a) Mengetahui
dan mengerti Radio Komunikasi.
b) Mengetahui
dan mengerti bagian-bagian Radio Komunikasi.
c) Dapat
melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
3)
Pramuka Penegak.
a) Memahami
kegunaan Radio Komunikasi.
b) Memahami
dan mampu menjelaskan bagian-bagian Radio Komunikasi.
c) Memahami
dan mampu melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh SKK Pengetahuan
Komunikasi Radio.
4)
Pramuka
Pandega.
a) Menguasai
kegunaan Radio Komunikasi.
b) Menguasai
dan mahir menjelaskan bagian-bagian Radio Komunikasi.
c) Menguasai
dan mahir melaksanakan Prosedur Kirim Terima Berita.
d) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang
Pramuka Penegak, sehingga memperoleh SKK Pengetahuan Komunikasi Radio.
b.
Pokok
Bahasan.
1) Kegunaan
Radio Komunikasi. Radio komunikasi adalah alat yang digunakan untuk mengirim
dan menerima berita dari pihak lain / lawan bicara.
a) Bagian-bagian
besar Radio Komunikasi.
Keterangan
gambar :
1. Saklar
Daya.
2. Saklar
Fungsi.
3. Saklar
Kanal / Chanel.
4. Saklar
pengatur frekwensi dalam MHz.
5. Saklar
pengaturan frekwensi dalam KHz.
6. Tombol
pengatur kanal / Chanel.
7. Penampil
frekwensi.
8. Pengatur
volume.
9. Konektor
audio.
10. Dudukan
antena / penghubung antena batang.
11. Konektor
antene 50 Ohm.
12. Konektor
daya.
b) Mengoperasikan
Radio Komunikasi.
(1) Menghidupkan
Radio. Putar saklar daya ke kanan hingga muncul frekuensi di layar / penampil
frekuensi.
(2) Memilih
frekwensi. Putar saklar pengatur frekwensi ke atas ( up ) untuk menaikkan
frekuensi atau ke bawah ( down ) untuk menurunkan frekuensi sampai dengan
frekuensi yang dikehendaki.
(3) Mengirim
berita. Tekan saklar PTT pada handset untuk ber-bicara, lepas saklar PTT
tersebut apabila kita akan menerima berita / mendengarkan lawan bicara.
(4) Mematikan
Radio. Putar saklar daya ke kiri hingga frekwensi di layar hilang.
2) Prosedur Kirim Terima
Berita. Yaitu tata cara yang harus dipahami dan
dilaksanakan oleh setiap operator / pelayan radio dalam melaksanakan kirim
terima berita.
a)
Dalam prosedur komunikasi harus
memperhatikan IKIT.
(1) Irama : Bagilah
kalimat agar mudah diterima, untuk menghindari kesalahan.
(2) Kecepatan : Bicaralah pada
kecepatan yang memadai, sehingga jelas didengar
dan cukup waktu untuk mencatat.
(3) Isi
suara :
Lebih kuat sedikit dari percakapan biasa, tetapi jangan berteriak.
(4) Tinggi
nada : Nada
yang tinggi lebih jelas didengar.
b) Abjad
Fonetik.
A :
ALFA.
B :
BETA.
C :
CHARLIE.
D :
DELTA.
E :
ECHO.
F :
FOXTROT.
G :
GOLF.
H :
HOTEL.
I :
INDIA.
J :
JULIET.
K :
KILO.
L :
LIMA.
M :
MIKE.
N :
NANCY.
O :
OSCAR.
P :
PAPA.
Q :
QUBECK.
R :
ROMEO.
S :
SIERA.
T :
TANGGO.
U :
UNIFORM.
V :
VICTOR.
W :
WISKY.
X :
X-RAY / XTRA.
Z :
ZULU.
25. SKK TATA CARA MEMASAK.
a.
Umum.
1)
Pramuka Siaga. ( Tidak
diadakan ).
2)
Pramuka
Penggalang.
a) Mengerti
dan dapat mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b) Mengerti
dan dapat memasak Nasi.
c) Mengerti
dan dapat memasak Lauk-pauk.
d) Mengerti
dan dapat memasak Sayur.
e) Mengerti
dan dapat menyajikan hasil masakan.
3)
Pramuka
Penegak.
a) Memahami
dan mampu mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b) Memahami
dan mampu memasak Nasi.
c) Memahami
dan mampu memasak Lauk-pauk.
d) Memahami
dan mampu memasak Sayur.
e) Memahami
dan mampu menyajikan hasil masakan.
f) Telah
melatih sekurang-kurangnya seorang Pramuka Penggalang sehingga memperoleh TKK
Tata Cara Memasak.
4)
Pramuka
Pandega.
a) Menguasai
dan mahir mengoperasionalkan Kompor Lapangan T-50.
b) Menguasai
dan mahir memasak Nasi.
c) Menguasai
dan mahir memasak Lauk-pauk.
d) Menguasai
dan mahir memasak Sayur.
e) Menguasai
dan mahir menyajikan hasil masakan.
f) Telah
melatih sekurang-kurangnya 2 ( dua ) orang Pramuka Penggalang dan seorang
Pramuka Penegak sehingga memperoleh TKK Tata Cara Memasak.
b. Pokok Bahasan.
1)
Kompor
Lapangan T-50.
a) Gambar.
b) Kompor
Lapangan T-50 terdiri dari :
(1) 1
Peti Kompor Lapangan T-50.
(2) 1
Tangki Bahan Bakar.
(3) 2
Brander.
(4) 2
Tungku.
(5) 1
Pompa tangan.
c) Bahan
Bakar yang digunakan yaitu minyak tanah.
d) Kapasitas
Tabung Bahan Bakar 16 Liter.
e) Cara
Penggunaan :
(1) Kita
berdiri searah dengan angi dan letakkan peti, sisi gembok berhadapan dengan
kita.
(2) Buka
peti sampai tutup peti menyentuh tanah.
(3) Keluarkan
peralatan kompor dan letakkan pada tutup peti.
(4) Keluarkan
tungku dan pasang tatakan kaki tungku dengan cara seperti memasang baut. Tatakan
kaki tungku berfungsi juga sebagai penyetel ketinggian brander terhadap alat
masak.
(5) Letakkan
kedua tungku pada sebelah kiri dan kanan peti dengan jarak minimal 30 cm,
posisi lubang tungku menghadap ke peti.
(6) Letakkan
brander di tengah-tengah tungku dengan tangki brander dan selang minyak
mengarah ke sisi engsel peti.
(7) Keluarkan
tangki dan masukkan kembali peralatan cadangan yang tidak digunakan ke dalam
peti, lalu peti di tutup, isi tangki dengan minyak tanah maksimum 16 liter,
letakkan tangki di tengah-tengah sisi engsel peti hubungkan selang kedua
brander pada kran minyak pada tangki.
(8) Peti
dapat digunakan sebagai meja ringan maksimum beban.
(9) Pompa
tangki hingga bertekanan maksimum 3 kg/cm, setelah itu kran minyak dibuka
sedikit demi sedikit agar minyak mengalir keluar dari spuyer brander dan
perhatikan jangan ada udara keluar dari selang, biarkan sedikit minyak
tertampung pada mangkuk penyala brander, kemudian kran ditutup kembali sampai
minyak berhenti mengalir.
(10)
Sebelum disulut
letakkanlah sumbu yang tersedia ( kertas, ranting kering dapat di gunakan dalam
keadaan darurat ) diatas mangkuk brander, kemudian sulut dengan api minyak
tanah yang berada di mangkuk penyala brander, menggunakan alat penyulut api (
penyala yang tersedia ) hingga terbakar.
(11)
Biarkan api menyala
pada mangkuk penyala brander sampai terlihat semburan api pada brander, yang
semula terlihat besar, tunggulah sampai semburan api mulai mengecil kembali
seperti akan mati yang merata. Jangan sekali-kali membuka kran minyak langsung
besar.
(12)
Bila pada saat membuka
kran, perhatikan spuyer brander apakah yang keluar berupa gas atauminyak yang
belum menjadi gas, jika terlihat belum menjadi gas, maka semburan apiyang akan
terjadi seperti kebakaran, jangan panik/takut langsung saja kran ditutup kembali
tunggu dan biarkan api mengecil sendiri seperti pada penjelasan di atas,
berarti brander belum cukup panas.
(13)
Apabila semburan sudah
berupa gas dan nyala api mulai stabil, kran dibuka perlahan-lahan sampai
menghasilkan nyala api yang terbaik.
(14)
Setelah nyala api baik,
kompor siap digunakan.
f)
Gangguan dan mengatasi gangguan :
(1) Gangguan
tiba-tiba api mati, langsung kran ditutup, periksa minyak dalam selang bila
terlihat selang masih dipenuhi minyak dan tidak terlihat udara didalamnya maka
nyalakan alat penyulut, dekatkan api penyulut ke spuyer brander sambil menyogok
lubang spuyer brander.
(2) Gangguan
tiba-tiba api brander menyala seperti kebakaran, penyebabnya adalah kran
terlalu besar dibuka yang mengakibatkan aliran minyak ke brander dan keluar
dari spuyer brander tidak menjadi gas, kran langsung ditutup dan tunggu api
menjadi kecil kembali, lalu buka kran minyak sedikit demi sedikit sampai
mendapatkan nyala api yang terbaik/yang diinginkan.
(3) Gangguan
semburan api tidak rata atau api tidak dapat sempurna, penyebabnya adalah bila
lubang spuyer rusak, matikan kompor lalu ganti spuyer dengan yang baru
menggunakan kunci spuyer.
(4) Langkah
pertama dalam menghadapi gangguan apapun adalah menutup kran pada tabung,
dengan demikian kebakaran akan terhindari. Jangan sekali-kali menyiram
kebakaran kompor dengan air, usahakan dalam memasak menyiapkan karung/kain yang
dibasahi oleh air untuk menutupi api saat terjadi kebakaran kompor.
g) Pada
saat merebus terutama merebus air minum/memasak nasi dengan jumlah yang banyak
tatakan kaki tungku distel rapat terhadap kaki tungku agar jarak api terhadap
kuali/dandang lebih dekat ( jarak terdekat sesuai yang dirancang 5 cm )
sehingga panas yang cepat dan waktu mematangkan masakan lebih cepat. Perlu
diwaspadai apabila merebus sayur-sayuran, kacang-kacangan, api brander harus
di-kecilkan dan atau selalu mengaduk masakan agar masakan yang berada di dasar
kuali tidak hangus, karena sayuran dan kacang-kacangan selalu mengendap di
dasar kuali. Pada saat menggoreng ( menggunakan minyak goreng ) kedudukan
tatakan kaki tungku distel berjarak 2 atau 3 cm dari kaki tungku dengan cara
memutar tatakan kaki tungku seperti membuka baut, agar jarak api terhadap kuali
atau wajan tidak terlalu dekat, sehingga panas yang diterima oleh minyak goreng
tidak terlalu tinggi sehingga yang dimasak matang secara merata atau tidak
terjadi gosong luar dan mentah di dalam.
2)
Alat
Dapur Lapangan.
a) Ketel
100. Bahan terbuat dari alumunium dengan kapasitas memasak 18 Kg/beras untuk
melayani 100 orang.
b) Ketel
50. Bahan terbuat dari alumunium untuk memasak sayur.
c) Ketel
40. Bahan terbuat dari alumunium untuk memasak air atau untuk mengangkut hasil
masakan.
3) Teknik dasar memasak.
Memasak meliputi kegiatan penanganan dan pemasakan ( handling and cooking ).
Memasak yang benar dan baik mempunyai pengaruh penting sekali dalam penyajian
suatu menu. Oleh karena itu harus dikuasai teknik dasar memasak, sebagai
berikut :
a) Sumber
hidrat arang. Molekul-molekul hidrat arang dan molekul air bila dipanaskan akan
mengikat dan mengkaji. Setelah masak dan biarkan dalam jangka waktu tertentu
ada kecenderungan untuk memisah. Bila proses pemisahan ini terjadi berarti
telah mendekati tingkat basi. Oleh karena itu bila memasak nasi harus
betul-betul diperhitungkan jumlahnya agar habis sekali makan.
b) Sumber
protein dapat kita golongkan dalam hewani dan nabati. Protei adalah zat makanan
yang paling lekas busuk karena sangat diperlukan oleh bakteri-bakteri. Makanan
yang mengandung protein tinggi sebaiknya segera dimakan setelah selesai
dimasak. Khusus protein yang terdapat pada jaringan-jaringan otot memerlukan
perlakuan khusus waktu memasak. Sedangkan telur merupakan sumber protein yang
paling mudah dimasak.
c) Sumber
lemak baik hewani maupun nabati akan menjadi tengik bila disimpan lama oleh
sebab itu sumber lemak harus diperlakukan baik agar sumber kalori paling besar
ini tidak mudah rusak. Pada umumnya sumber lemak ini tidak kita makan langsung
tetapi untuk memasak makanan lain baik berupa minyak maupun santan.
d) Sumber
vitamin dan mineral harus diperhatikan sejak mengerjakan mencuci, sampai memasak, sebab vitamin banyak
yang larut/rusak dalam air dan panas.
4)
Tata
Cara memasak.
a) Nasi.
(1) Beras
dibersihkan dari kotoran dan barang-barang asing lainnya.
(2) Beras
dicuci untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran.
(3) Mencuci
beras tidak boleh direndam agar Vitamin B1 yang diperlukan tidak larut.
(4) Beras
dimasukkan ke dalam ketel/wajan yang telah disiapkan ( air mendidih ) atau
diaron.
(5) Apabila
mengaron menggunakan wajan, beras harus terendam dan air 2-3 Cm di atas
permukaan beras.
(6) Setelah
setengah matang masukkan ke dalam dandang yang telah dipersiapkan kemudian aduk
dan tunggu sampai matang.
b) Lauk.
(1) Memasak
Daging.
(a) Daging
dicuci dahulu untuk membersihkan kotorannya.
(b) Buang
serat-serat yang alotnya.
(c) Daging
direbus sampai matang dengan temperatur rendah.
(d) Porsi
miring memotong serat.
(e) Masak
sesuai resep yang diinginkan.
(2) Memasak
ikan.
(a) Potong
semua duri yang sekiranya akan mengganggu dalam proses pemasakan.
(b) Ikan
yang bersisik supaya dibuang sisiknya.
(c) Buang
insang dan isi perutnya kemudian dicuci.
(d) Bubuhkan
cuka/kunyit untuk menghilangkan bau amis/anyir.
(e) Masak
sesuai resep yang dinginkan.
(3) Sayur.
(a) Semua
bahan sayuran harus dibersihkan dari kotoran/dicuci sebelum diporsi/diracik.
(b) Sayuran
yang telah diracik tidak boleh direndam dalam air kecuali jenis bahan sayuran
yang tidak mengandung Vitamin B dan C.
(c) Masak
sesuai resep yang diinginkan/direncanakan.
(d) Masak
lebih awal dari bahan-bahan sayuran yang memerlukan waktu pemotongan lebih
lama.
(e) Untuk
menghasilkan warna alami, cerah dan menarik selera bahan sayuran yang berwarna
sebelum dimasak supaya direndam dahulu dalam air garam.
5)
Tara
Menyajikan.
a) Cara
Barat. Menu ala Barat penyusunannya ada yang menurut menu klasik dan menu
sederhana, namun secara umum urut-urutannya adalah sebagai berikut :
(1)
Hidangan Pembuka. Hidangan pembuka ada 2
macam, yakni :
(a) Hidangan
Pembuka Panas.
(b) Hidangan
Pembuka Dingin.
Maksud dan tujuan dari hidangan pembuka
adalah untuk merangsang selera makan. Hidangan pembuka dapat berupa sop kuah
atau berupa makanan ringan.
(2) Hidangan
Pokok. Hidangan pokok adalah hidangan yang me-nyenangkan terdiri dari hidangan
ikan atau masakan daging atau unggas beserta lauk-pauknya.
(3) Hidangan
Selingan. Hidangan selingan dapat berupa hidangan sayuran atau buah-buahan
berupa selada dan dapat juga berupa hidangan manis seperti puding, agar-agar
dan lain sebagainya.
(4) Hidangan
Penutup. Yang termasuk kedalam hidangan penutup adalah hidangan manis (
nyamikan / Sweet Dessert ). Segala hidangan manis antara lain Es krim, dan
hidangan buah-buahan serta sebagai penutup dihidangkan kopi.
b) Cara
China.
(1) Menghidangkan.
Urutan hidangan mulai dengan makanan pembuka, tetapi tidak diakhiri dengan
dessert dan sop tidak dihidangkan pada awal santapan. Santapan khas china
dimulai dengan 4 ( empat ) macam makanan dingin sebagai pembuka, dilanjutkan
dengan hidangan udang yang diasinkan atau ginjal yang diiris-iris. Kemudian
disusul oleh delapan macam masakan sebagai hidangan pokok antara lain terdiri
dari : masakan daging kepiting, masakan daging itik,masakan ikan lengkap dan
nasi putih. Sesudah hidangan pokok terakhir dihidangkan dua macam hidangan
manis antara lain potongan apel bergula atau Pangsit/bakso kuah yang lekat.
(2) Cara
bersantap. Melihat kepada hidangan pokok dengan jumlah delapan macam, berarti
cara menyantapnyapun dilakukan secara khusus yakni dengan mengambil porsi
kecil-kecil dari tiap hidangan. Karena itu yang terlihat di atas meja hidangan
adalah sebuah piring kecil, sebuah sendok porselin, sebuah mangkok kecil,
tempat kecap atau sambal dan sepasang sumpit.
6)
Cara
menghidangkan.
a)
Di Pangkalan/ di rumah/ di gedung. Cara
menghidangkan makanannya adalah sebagai berikut :
(1) Sistem
Prasmanan. Suatu cara penghidangan yang diatur pada beberapa meja baik alat
makan, makanan maupun minuman. Urut-urutannya adalah piring dan sendok garpu,
nasi, ikan dan lauk-pauk, sayur, sambal, lalapan, kerupuk, buah yang terakhir
adalah minuman. Peserta makan mengambil sendiri secara berurutan sesuai
kesenangan dan kebutuhan masing-masing, sedangkan petugas penyaji hanya
mengawasiwadah yang kosong untuk diisi kembali dan membuat garnish/garnir pada
penghidangan pertama.
(2) Sistem
Kafetaria. Ialah suatu cara penghidangan yang diatur dalam satu garis.
Urut-urutannya adalah : piring dan sendok garpu, nasi, lauk-pauk, sayur,
sambal, lalapan, kerupuk, dan yang terakhir adalah minuman. Peserta makan
mengambil sendiri secara berurutan hanya
makanan yang keritis diambilkan oleh petugas penyaji. Setelah selesai
pengambilan peserta makan membawa ketempat makan yang telah disediakan. Dalam
sistem ini peserta makan tidak dibenarkan tambah.
(3) Dihidangkan
di meja. Dalam sistem ini peserta makan dibagi dalam kelompok-kelompok meja
yang terdiri dari 6 orang, 8 orang, atau 10 orang sesuai kapasitas meja.
Makanan dan alat makannya diatur di atas meja oleh petugas penyaji. Peserta
makan tinggal duduk pada kursi yang telah ditentukan dan mengambil makanan yang
telah siap di meja.
b) Di
lapangan. Fasilitas dan alat peralatan khusus/khas lapangan, menggunakan alat
makan dan minum menggunakan alat perorangan yang dibawa. Bila keadaan
memungkinkan, dapat pula menggunakan alat makan lapangan ( Lunchtray ).
(1) Sistem
Kafetaria, sama dengan uraian di atas, hanya alat untuk menghidangkan dan alat
makan menggunakan peralatan lapangan.
(2) Sistem
semi Kafetaria ialah suatu cara penghidangan Kafetaria, hanya seluruh
perlengkapan menggunakan alat lapangan dan makanan dibagikan oleh petugas
penyaji lapangan.
BAB VII
PENUTUP
26. PENUTUP.
Demikian Buku Panduan Syarat Kecakapan
Khusus Saka Wira Kartika dibuat dengan harapan dapat membantu dan sebagai
pedoman bagi para pembina, instruktur dan pamong dalam penyelenggaraan pembinaan
dan pengembangan Saka Wira Kartika di wilayah, semoga Tuhan YME senantiasa
memberikan bimbingan dan rahmat terhadap kelancaran kegiatan Kepramukaan,
khususnya pembinaan dan pengembangan Saka Wira Kartika.
Jakarta,
April 2008
Asisten Teritorial Kasad
Selaku
Pimpinan Saka Wira Kartika Nasional
ttd
Hotmangaradja Pandjaitan
Mayor Jendral TNI
MARKAS BESAR ANGKATAN DARAT
STAF UMUM TERITORIAL
DAFTAR
NAMA TIM POKJA PEMBAHASAN KRIDA DAN SKK/TKK SAKA WIRA KARTIKA
NO
|
NAMA
|
JABATAN
|
KETERANGAN
|
|
ORGANIK
|
POKJA
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
DR.
Amoroso Katamsi , Sp.Kj,MM
|
Wakil
Ketua Kwarnas
|
Koordinator
|
Kwarnas
|
2
|
Ir.
Bayu Tresna
|
Andalan
Nasional Kwarnas
|
Ketua
|
Kwarnas
|
3
|
Sutrisno
|
Staf
Kwarnas
|
Sekretaris
|
Kwarnas
|
4
|
Djatmiko
Rasmin
|
Pembantu
Andalan Nasional Kwarnas
|
Anggota
|
Kwarnas
|
5
|
Iqbal
|
Staf
Kwarnas
|
Anggota
|
Kwarnas
|
6
|
Kolonel
Czi Dicky W. Usman, S.IP, M.Si
|
Paban
III/Wanwil Sterad
|
Koordinator
|
Sterad
|
7
|
Letkol
Inf Drs. Utoh Zaendy
|
Pabandya-3/SDM
Sterad
|
Sekretaris
I
|
sterad
|
8
|
Letkol
Inf Herlan Gunawan
|
Pabandya
Sterdam Jaya
|
Sekretaris
II
|
Pembina
Krida P. Bencana
|
9
|
Mayor
Czi Sigit Agus Hadi Saputro
|
Kasi
Litbang Laboratorium Ditziad
|
Ketua
|
Pamong
Saka Nasional
|
10
|
Mayor
Inf Sumarman
|
Pjs.
Pabandya Kamwil Dam Jaya
|
Wakil
Ketua
|
Pembina
Krida Survival
|
11
|
Kapten
Cpt R. Surbekti
|
Kaur
Topdam Jaya
|
Anggota
|
Pembina
Krida Navrat
|
12
|
Lettu
Arh Kirjiono
|
Pama
Rindam Jaya
|
Anggota
|
Pembina
Krida Survival
|
13
|
Letda
Inf Dahlan
|
Pajasdam
Jaya
|
Anggota
|
Pembina
Krida Pioneering Sterad
|
14
|
Adina,
S.IP
|
Baur
SDB Spaban III Sterad
|
Operator
|
Sterad
|
15
|
Drs.
Adang
|
Andalan
Daerah Jakarta Timur
|
Anggota
|
Kakwaran
Cakung
|
16
|
Drs.
H. I. Sajiyo
|
Pelatih
Pembina Kwarcab Jaktim
|
Anggota
|
Ketua
Harian Kwaran Cakung
|
17
|
Husni,
BA
|
Andalan
Cabang Jakarta Timur
|
Anggota
|
Dewan
Kehormatan Saka Jaktim
|
18
|
Sugeng
|
PNS
Ajendam Jaya
|
Anggota
|
Pembina
DKS DKI
|
19
|
Mahmud.
MS
|
Andalan
Kwarcab Jaktim
|
Anggota
|
Dewan
Kehormatan Saka Jaktim
|
20
|
Henry
Rahman
|
Pembina
Andalan Penegak Jakbar
|
Anggota
|
Dewan
Kehormatan Saka Jakbar
|
Jakarta,
April 2008
Asisten Teritorial Kasad
Selaku
Pimpinan Saka Wira Kartika Nasional
ttd
Hotmangaradja Pandjaitan
Mayor Jendral TNI